Lantaran, mereka seharusnya bisa membantu membenahi kondisi di Indonesia yang carut-marut, baik dari sisi politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
“Saya yakin itu bagus dalam gambaran, tetapi sulit untuk diwujudkan bagi kelompok brain drain yang bekerja di LN. Namun, cukup banyak juga orang-orang pandai yang bersekolah di LN dan mau kembali ke Indonesia. Hal itu tergantung dari niat, tekad, dan pengorbanan serta rasa nasionalisme kelompok masyarakat itu (Red: brain drain)," tegasnya.
Menyikapi hal itu, Tuti kembali menegaskan pemimpin negara seharusnya memberikan kesempatan, peluang dan pendapatan yang lebih besar kepada anak-anak muda yang lebih memilih bekerja di LN, agar mereka mau kembali ke Indonesia.
Dengan cara, kesampingkan sisi politik yang merugikan bangsa Indonesia. Berdayakan para ahli dalam negeri untuk mengerjakan proyek-proyek besar. Daripada menggaji orang-orang asing untuk bekerja di Indonesia. Sedangkan ahli dari LN bisa dijadikan second layer.
“Fenomena yang berbeda menunjukkan bahwa banyak juga orang LN yang mencintai Indonesia dan ingin membangun Indonesia dengan berbagai cara," kata Tuti. (*)
Editor : Syahrir Rasyid