PENULIS : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina
BANYAK PASANGAN yang telah lama berumah tangga namun belum dikaruniai keturunan. Sebaliknya, sering juga kita melihat dan mendengar berita, ada orang yang tega membunuh anaknya yang tak berdosa akibat “hubungan gelap” yang dilakukannya. Na’udzubillahi min dzalik.
Anak sejatinya adalah anugerah dari Allah SWT bagi kedua orang tuanya. Anak adalah amanah, perhiasan sekaligus kebanggaan bagi kedua orang tua dan keluarganya. Anak yang seperti ini adalah sumber kenikmatan bagi kedua orang tua dan keluarganya.
Namun demikian, ada juga anak yang menjadi sumber ujian bahkan musuh bagi kedua orang tuanya. Gara-gara kelakuan anak, orang tua dan keluarga terkena imbasnya. Celakanya lagi, harta orang tuanya ikut ditelusuri walaupun tidak ada hubungan langsung dengan kelakuan anak tersebut.
Kapan seorang anak dapat menjadi nikmat atau ujian bagi kedua orang tuanya? Allah SWT menjelaskan hal itu di dalam Al-Qur’an dengan menyebutkan istilah anak sebagai penyenang hati, perhiasan dunia, fitnah, dan musuh.
Anak Sebagai Penyenang Hati
Tipikal anak yang pertama ini adalah tipikal anak yang menjadi dambaan bagi setiap orang tua. Setiap orang tua senantiasa berharap kepada Allah SWT agar anaknya menjadi penyenang hatinya. Harapan tersebut tertuang di dalam do’a yang diajarkan langsung oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan [25]: 74).
Untuk menjadikan anak sebagai penyenang hati tentulah memerlukan perjuangan tersendiri. Anak yang bertipikal sebagai penyenang hati tidak lahir begitu saja, namun perlu asuhan, pendidikan, dan pembinaan yang luar biasa yang dilakukan orang tuanya.
Anak bertipikal sebagai penyenang hati yang terlahir dari proses seperti diuraikan di atas, akan memiliki karakter mulia seperti taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berbakti kepada orang tuanya, saleh, dan bermanfaat bagi lingkungannya.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait