HIKMAH JUMAT : Doa dan Muhasabah Diri

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Muhasabah adalah proses menghitung-hitung amal baik dibandingkan dengan keburukan yang dilakukan sepanjang waktu. (Foto/Ilustrasi : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. - Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

HARI INI adalah hari Jum’at terakhir di tahun 1444 H. Tak terasa, tinggal beberapa hari lagi tahun 1444 H akan segera pergi meninggalkan kita dan berganti dengan tahun baru yaitu tahun 1445 H.

Rasanya baru kemarin kita memasuki tahun 1444 H dan kita pun memiliki berbagai agenda yang akan dilakukan sepanjang tahun. Rencana memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah adalah beberapa agenda yang direncanakan di tahun 1444 H.

Kalau kita renungkan, bisa jadi perbaikan diri yang telah direncanakan itu masih jauh dari yang diharapkan. Kualitas ibadah pun belum meningkat, bahkan sebagian dari kita masih gemar bermaksiat.

Antara Rencana dan Kenyataan

Laksana panggang jauh dari api. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan hasil perbandingan antara aktualisasi rencana di awal tahun 1444 H dengan kenyataannya. Banyak rencana indah yang sudah kita buat, namun tak berhasil kita wujudkan. 

Sayangnya, untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Walaupun masih banyak agenda rencana perbaikan diri di tahun 1444 H yang belum dapat direalisasikan, namun apalah daya, kita tak akan mampu menolak kedatangan tahun 1445 H.

Begitulah kita, sebagai manusia memang selalu dalam keadaan merugi. Karena kita senantiasa lalai dalam memanfaatkan peluang sekaligus nikmat dari Allah SWT. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Dua nikmat yang dilalaikan oleh banyak manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).

Apapun yang terjadi dengan diri kita saat ini, tak ada kata terlambat bagi kita untuk senantiasa terus dan terus memperbaiki diri dan kembali kepada Allah SWT. Karena sejatinya hidup kita adalah hari ini, yang sudah berlalu tak mungkin kembali lagi, dan esok hari masih misteri.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)

 

Do’a Akhir Tahun

Ada satu do’a yang diajarkan oleh Allah SWT kepada Baginda Rasulullah SAW yang artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolongku.” (QS. Al-Isra [17]: 80).

Do’a itu diajarkan Allah SWT kepada Baginda Rasulullah SAW ketika beliau hendak berhijrah dari Mekah ke Madinah. Walau hijrah makaniyah itu sudah tidak ada lagi, namun do’a tersebut masih relevan dengan hijrah maknawiyah atau hijrah qalbiyah yang kita lakukan setiap saat.

Hijrah makaniyah adalah hijrah tempat yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah SAW dengan para sahabat dari Mekah ke Madinah, sedangkan hijrah maknawiyah atau hijrah qalbiyah adalah hijrah yang bersifat mutlak yakni berubah dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik lagi.

Terkait dengan do’a di atas, terdapat tiga permintaan yang disampaikan yakni memohon kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam suatu keadaan dengan cara yang benar, dikeluarkan dari suatu keadaan dengan cara yang benar, dan memohon diberikan kekuasaan yang dengannya dapat menolong untuk berpindah dari kondisi saat ini kepada kondisi yang lebih baik.

Menurut Imam Ibnu Katsir, makna ketiga permintaan tersebut adalah bahwa kita meminta kepada Allah SWT untuk dimasukkan ke dalam suatu keadaan dengan cara yang benar, yakni dimasukkan dengan cara yang kita sukai. Selain itu, kita juga meminta agar pada saat dimasukkan ke dalam keadaan tersebut, kita tidak melihat sesuatu apa pun yang tidak kita sukai.

Demikian pula dengan permohonan agar kita dikeluarkan dari suatu keadaan dengan cara yang benar. Maknanya adalah kita memohon kepada Allah SWT agar setelah dikeluarkan dari keadaan tersebut, hati kita tidak kembali berpaling kepada keadaan sebelumnya.

Sementara itu, terkait dengan permohonan agar kita diberikan kekuasaan yang dapat menolong, bermakna bahwa kita memohon kepada Allah SWT suatu kekuatan yang dapat membantu kita untuk mengalahkah musuh-musuh kita. Kita tahu bahwa untuk keluar dari keburukan kemudian masuk ke dalam kebaikan, pasti banyak musuh, hambatan dan aral melintang yang harus kita taklukkan.


Satu hal yang tetap harus diingat adalah berbuat baiklah selagi diberikan kesempatan oleh Allah SWT. (Foto/Ilustrasi : Ist)

 

Muhasabah Diri

Satu hal yang tetap harus kita ingat adalah berbuat baiklah selagi kita diberikan kesempatan oleh Allah SWT. Selama kita masih bernafas, itu artinya kesempatan untuk berbuat baik masih Allah berikan kepada kita. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59]: 18).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa hendaknya setiap manusia menghitung-hitung dirinya sendiri sebelum dimintai pertanggungjawaban, dan perhatikanlah segala sesuatu yang pernah kita perbuat berupa amal-amal saleh sebagai bekal diri kita saat kembali nanti, yaitu hari dihadapkannya kita kepada Allah SWT.

Berdasarkan penjelasan atau tafsir dari Ibnu Katsir di atas, jelaslah sudah bahwa kita diminta untuk menghisab diri kita sendiri atau bermuhasabah sebelum datangnya hari penghisaban yakni hari kiamat. Muhasabah adalah proses menghitung-hitung amal baik kita dibandingkan dengan keburukan kita yang dilakukan sepanjang waktu.

Muhasabah seperti ini tidak harus menunggu sampai dengan akhir tahun, namun hendaknya dilakukan setiap saat. Dengan muhasabah yang dilakukan setiap saat, maka kita dapat segera melakukan introspeksi, evaluasi, dan koreksi terhadap kekurangan yang ada. Begitulah sikap orang yang pandai untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas amal salehnya.

Hal ini senada dengan sabda Baginda Rasulullah SAW: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Tirmidzi).

Menurut Khalifah Umar bin Khattab R.A., setiap muslim hendaknya senantiasa menghisab dirinya sebelum datang yaumil hisab. Beliau berkata:“Hisablah (introspeksi) diri kalian sebelum diri kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Dengan do’a yang kita panjatkan diiringi dengan muhasabah yang kita lakukan, maka kita berharap semoga kita keluar dari tahun 1444 H dengan cara yang benar dan memasuki tahun 1445 H juga dengan cara yang benar.

Kita juga berharap semoga Allah memberikan kekuatan dan kekuasaan kepada kita untuk bisa melawan segala bentuk hambatan, tantangan, dan musuh-musuh yang dapat menghalangi kita untuk berhijrah kepada kondisi yang lebih baik lagi.

Dengan pertolongan yang Allah berikan, semoga pada tahun 1445 H yang akan datang, kita dijadikan oleh Allah sebagai pribadi-pribadi yang lebih saleh, serta mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas ketakwaan kita. (*)             


Keluar dari 1444 H dengan cara yang benar dan memasuki 1445 H juga dengan cara yang benar. (Foto/Ilustrasi : Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network