Marsekal Udara Anil Chopra (purnawirawan) Angkatan Udara India pun pernah dikutip oleh The EurAsian Times pada 16 Januari 2021, di mana dirinya mempertanyakan kemampuan pesawat tempur China seperti J-20.
"Sementara China meremehkan kualitas Rafale, kami punya alasan untuk mempertanyakan kemampuan siluman J-20, mengingat bentuk sinyal radar yang kasar dan mencerminkan kendali canard. J-20 menggunakan mesin Rusia yang lebih tua, yang dirancang dengan buruk untuk menyembunyikan tanda radar dan inframerah," ungkapnya.
Chopra juga mengajukan pertanyaan tentang keandalan mesin J-20.
"Rencana kemunculan mesin China WS-15 masih jauh dari jadwal yang ditentukan. Belum diketahui kapan WS-15 akan benar-benar siap. Mesin Rafale telah teruji oleh waktu, lebih baik dalam hal keandalan, umur pemakaian panjang, dan perawatannya mudah," tutur Chopra.
Ada juga pertanyaan mengenai perangkat perang elektronik (EW) J-20, yang dalam kasus Rafale merupakan paket komprehensif yang mencakup seluruh spektrum ancaman.
EW suite adalah kemampuan pesawat untuk menggunakan gelombang spektrum elektromagnetik untuk mencegat dan mengganggu sistem elektronik musuh atau melindungi asetnya sendiri dengan menggunakan gelombang tersebut.
Angkatan Udara China telah mengerahkan J 20 di sektor Tibet dengan harapan besar bahwa jet tempur ini akan membantu mereka dalam mencapai keseimbangan kekuatan udara dengan India di sepanjang Garis Kontrol Aktual, namun kenyataannya tidak demikian.
J-20 vs Pesawat Jet Tempur Amerika
Pada 22 September 2022, juru bicara Angkatan Udara China Kolonel Senior Shen Jinke mengatakan bahwa J-20 telah dikerahkan di lima komando teater angkatan bersenjata China, termasuk komando barat yang menghadap ke India.
"Kami memiliki keunggulan tertentu. Kami akan mengoperasikan pesawat tempur yang akan membawa muatan penuh dan lepas landas dari Punjab, sedangkan pesawat tempur China harus beroperasi dari dataran tinggi Tibet yang kekurangan oksigen," kata seorang pejabat senior militer India, seperti dikutip dari majalah The Week.
Pesawat tidak dapat memanfaatkan kapasitas dan efisiensinya secara penuh ketika beroperasi di medan yang kekurangan oksigen seperti dataran tinggi Tibet yang tingginya 4.000 meter. Para manajer kampanye Partai Komunis China tampaknya telah kehilangan rasa proporsional ketika memuji kualitas J-20, bahkan sampai membandingkannya dengan F-35 dan F-22 milik AS.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait