Rendah Hati
Seperti halnya kupu-kupu yang ketika hinggap di sebuah dahan, maka tidak akan pernah ada satu pun dahan yang patah sekecil apa pun dahan itu. Begitulah gambaran seorang hamba yang muttaqin, dimana pun berada dia senantiasa menyebarkan kelembutan dan keindahan, serta tidak suka berbuat kegaduhan, kebencian, keonaran maupun kerusakan.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (QS. Al-Furqan [25]: 63).
Gemar Melakukan Shalat Malam
Menyambung firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan [25] ayat 63 di atas, pada ayat ke-64 Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.”
Ayat di atas menggambarkan perilaku seorang hamba yang muttaqin, dia gemar melakukan shalat malam sebagai wujud syukur dia kepada Allah SWT dan sebagai tambahan dari shalat rawatib yang tidak pernah ditinggalkannya. Dia menyadari sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari Allah SWT.
Selektif dalam Mencari Nafkah
Seorang hamba yang muttaqin akan lebih selektif dalam mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Dia tahu betul konsekuensi apabila dia memberi makan dan minum kepada keluarganya dari makanan dan minuman yang haram, baik secara zat maupun sumber dan cara mendapatkannya.
Dia paham betul dengan firman Allah SWT yang artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 168).
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih layak membakarnya.” (HR. Ath-Thabrani).
Terakhir, mari kita bermunajat kepada Allah SWT semoga kita semua dijadikan oleh Allah SWT sebagai bagian dari hamba-hamba-Nya yang mampu bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin, sebagaimana tujuan Allah mewajibkan kita semua puasa di bulan suci Ramadhan. (*)
Hamba yang muttaqin sadar dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari Allah SWT. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait