HIKMAH JUMAT : Ketika Hidup Harus Memilih

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Setiap manusia diberikan waktu dan kesempatan yang sama yakni 24 jam dalam sehari semalam. Tak ada yang lebih dan tak ada  pula yang kurang dari itu. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; & Ketua PCM Kecamatan Pagedangan - Tangerang

TAK JARANG dalam perjalanan hidup, kita harus membuat keputusan tentang suatu pilihan. Pilihan yang terkadang terasa sulit karena bisa jadi tidak ada pilihan yang kita sukai. Namun begitulah kehidupan, karena sejatinya hidup kita hari ini juga adalah buah dari pilihan yang kita lakukan.

Pilihan yang kita lakukan terkadang memberikan hasil yang sesuai dengan harapan kita. Namun demikian, terkadang yang terjadi juga sebaliknya yakni pilihan yang kita lakukan justru membuahkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan.

Satu hal yang harus kita ketahui bahwa seperti apa masa depan kita, sangat bergantung dari keputusan terhadap pilihan yang kita lakukan saat ini. Oleh karenanya, perhatikan dan tetapkan pilihan terbaik kita hari ini, dan bersiaplah untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Langkah yang Pertama

Tidak akan ada jutaan langkah, kalau kita tidak memutuskan untuk memilih melakukan langkah yang pertama. Tidak ada peluang besar yang dapat kita raih, jika kita tidak memutuskan untuk memilih mengambil risiko yang harus kita hadapi.

Setiap manusia diberikan waktu dan kesempatan yang sama yakni 24 jam dalam sehari semalam. Tak ada yang lebih dan tak ada  pula yang kurang dari itu. Pembedanya adalah pilihan-pilihan yang mereka lakukan dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan yang Allah berikan.

Ada orang yang memilih bersegera untuk melakukan kebaikan, namun ada juga orang yang senang untuk menundanya. Padahal Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka, berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 148).

Konsekuensi dari kata berlomba-lomba pada ayat di atas adalah bersegera. Maka terkait dengan kebaikan, hendaklah kita memilih untuk bersegera bukan menunda untuk melakukannya. Mari kita simak peringatan yang diberikan oleh Baginda Rasulullah SAW yang bersabda:

“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR. Hakim).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
 

Hadits di atas mengingatkan kepada kita bahwa pilihan kita menunda-nunda untuk melakukan kebaikan, adalah pilihan yang justru akan membuat kita sulit dan tidak sanggup lagi untuk melakukan kebaikan tersebut. Bisa jadi karena sudah lemah (tua), sakit, fakir, sibuk, atau mati.

Di masa tua kemungkinan akan bertambah enggan untuk beribadah, jika ketika muda malas dalam beribadah. Begitu juga dalam kondisi sakit, kemungkinan tidak memiliki semangat untuk beribadah karena ketika kondisi badan sehat pun tidak termotivasi untuk beribadah.

Jika saat kaya tidak mau bersedekah, maka jangan berharap masa fakir akan tambah rajin bersedekah. Jika masa luang saja enggan mengisinya dengan berbuat baik kepada sesama, jangan berharap pada masa sibuk akan sempat berbuat baik kepada sesama.

Lantas, apakah kita baru akan sadar terkait pentingnya melakukan berbagai kebaikan ketika ajal datang menjemput kita? Atau apakah ketika kita sudah mati baru meminta kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia agar diberikan kesempatan untuk berbuat kebaikan?

Sungguh kesadaran dan permintaan di atas adalah satu hal yang sangat mustahil. Karena mati tidak akan pernah bisa ditunda walaupun hanya sesaat. Allah SWT berfirman yang artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf [7]: 34).

Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman: Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shalih. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.” (QS. As-Sajdah [32]: 12).

Begitu sayangnya Allah kepada kita, maka dari setiap pilihan yang kita lakukan, Allah lengkapi dengan informasi terkait dengan konsekuensi dari pilihan yang kita lakukan. Hal ini dapat kita lihat pada firman Allah SWT yang artinya:

“Lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91] ayat 8 – 10)


Ketika dalam hidup dan kehidupan diharuskan untuk memilih, maka pilihlah jalan takwa. (Foto: Ist)
 

Seseorang yang memilih jalan takwa berarti dia telah menyucikan jiwanya, maka beruntunglah dia. Sebaliknya, seseorang yang memilih jalan kejahatan, maka berarti dia telah mengotori jiwanya, maka merugilah dia.

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT lengkap dengan akal, pikiran, dan hati, maka sejatinya jika perangkat-perangkat tersebut digunakan dengan baik, niscaya jalan takwa yang akan kita pilih. Tak ada satu pun di antara kita yang ingin meraih kerugian dalam hidup ini, bukan? Terlebih lagi kerugian di kehidupan yang abadi nanti.

Pada ayat yang lain, Allah SWT juga memberikan pilihan kepada manusia apakah mau beriman atau mau kafir. Jika ingin beriman maka hendaknya ia beriman, namun jika ingin kafir maka kafirlah. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:

“Dan katakanlah; sesungguhnya kebenaran itu datang dari Allah, maka siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman dan siapa yang ingin (kafir) maka biarkan dia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang yang dzalim neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang dapat menghanguskan wajah.” (QS. Al-Kahfi [18]: 29).

Lagi-lagi, karena sayangnya Allah SWT kepada kita, maka Allah memberikan informasi bahwa ketika seseorang memilih kafir, maka Allah SWT akan memberikan balasan berupa tempat kembali yang terburuk, yaitu neraka yang sangat mengerikan. Na’udzubillah.

Dalam ayat yang lain, Allah SWT mengingatkan kepada orang-orang beriman melalui firman-Nya, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr [59]: 18).

Berdasarkan paparan di atas, maka jelaslah sudah bahwa ketika dalam hidup dan kehidupan kita diharuskan untuk memilih, maka pilihlah jalan takwa. Karena pilihan inilah yang akan mengantarkan hidup kita selamat dan bahagia di dunia hingga akhirat kelak.

Mari kita bersegera dalam melakukan kebaikan, sekecil apa pun kebaikan itu, janganlah ditunda-tunda. Kita tidak pernah tahu kapan datangnya masa-masa yang sulit bagi kita untuk melakukan kebaikan. Karena hidup harus memilih, maka jangan sampai kita salah pilih. (*)


Seseorang yang memilih jalan takwa berarti dia telah menyucikan jiwanya, maka beruntunglah dia. (Foto: Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network