JAKARTA, iNewsSerpong.id - Brand otomotif asal China ramaikan pasar otomotif Indonesia menawarkan mobil listrik dengan harga kompetitif. Namun, kehadiran mereka bisa menjadi buah simalakama bagi pasar otomotif Indonesia.
Masuknya mobil listrik China diyakini dapat mendorong pertumbuhan kendaraan elektrifikasi (EV) di Indonesia, mengarahkan masyarakat untuk beralih ke mobil listrik dan meningkatkan volume kendaraan listrik di pasar.
Namun, di sisi lain, kehadiran mereka bisa menjadi masalah jika pasar tidak berkembang dan terjadi persaingan tidak sehat. Hal ini dapat mengakibatkan produsen memperebutkan pasar yang sedikit dan berpotensi merugikan satu sama lain.
Pasar Masih Lebar
Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), Fransiscus Soerjopranoto, memandang pasar mobil listrik masih sangat besar, berbeda dengan pasar mobil bermesin pembakaran internal (ICE).
Menurutnya, untuk dapat mengambil pasar ICE, perusahaan harus mengeluarkan model yang lebih baik dibandingkan yang sudah beredar di pasar.
Di pasar mobil listrik, modelnya saja berbeda dan bentuknya bervariasi. Jadi, masuknya mobil listrik justru sebenarnya bagus untuk menambah volume mobil listrik.
"Saat ini kontribusi mobil listrik hanya 0,7 persen dari total pasar pada 2022. Pada 2023, dengan hanya dua pemain, Hyundai dan Wuling, kontribusinya mencapai 1,9 persen. Sekarang, hingga Mei, mencapai sekitar 2,6-2,7 persen," ujar Frans saat berkunjung ke Gedung iNews Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2024).
Sebagai informasi, pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia mengalami peningkatan besar dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, mobil listrik hanya terjual sekitar 7.000 unit. Pada 2022, angka ini naik menjadi 10.000 unit, dan pada 2023 mencapai 17.000 unit.
"Januari sampai Mei (2024) sudah mencapai 7.000 unit. Jadi, dipastikan jumlah mobil listrik pada akhir tahun ini akan tembus 20-30 ribu unit, lebih besar dari 17.000 unit tahun lalu. Itu bagus," kata Frans.
Menurut Frans, persaingan harga sangat wajar dilakukan sebuah brand demi memikat konsumen. Namun, dia mengingatkan agar tidak saling mematikan pasar brand lain demi meraup keuntungan lebih besar.
"Jangan sampai terjadi kanibalisme. Jika terjadi kanibalisme, pasar tidak akan naik seperti saat LCGC pertama kali muncul, yang bisa langsung mencapai 1 juta unit. Harapannya, jangan sampai saling memakan," katanya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait