JAKARTA, iNewsSerpong.id - Meski pendapatan meningkat, perusahaan teknologi asal Singapura, Grab Holdings Ltd mencatat kerugian sebesar USD 3,55 miliar atau sekitar Rp 51,07 triliun (kurs Rp 14.375). Angka itu bengkak 30% dari tahun 2020 yang nilainya USD 2,74 miliar.
Adapun kerugian ini mencakup US$1,6 miliar beban bunga non-tunai terkait dengan saham yang dapat ditukarkan, yang dihentikan setelah pencatatan saham Grab dan sebesar USD 353 juta merupakan pengeluaran terkait pencatatan publik.
Kerugian Grab untuk kuartal IV/2021 saja mencapai USD 1,1 miliar yang mencakup USD 311 juta beban bunga non-tunai terkait dengan saham preferen. Laporan ini sontak membuat saham Grab di Bursa Amerika ambruk 37 persen pada penutupan perdagangan Kamis (3/3/2022) waktu setempat.
Memang, Grab membukukan pendapatan senilai US$675 juta, meningkat 44 persen secara year-on-year (yoy) dari US$469 juta pada tahun 2020. Pendapatan ini meningkat karena pertumbuhan dari segmen pengantaran dan layanan keuangan.
CEO dan Co-Founder Grab, Anthony Tan, dikutip dari laman resmi Grab, Rabu (9/3/2022), ke depan optimistis semakin tumbuh ke depan terutama di Asia Tenggara. Sebesar 56% pengguna Grab menggunakan setidaknya 1 hingga 2 layanan dari Grab, dan pengeluaran rata-rata pengguna Grab tumbuh 31% sepanjang 2021.
"Kami berharap 2022 bisa menjadi tahun yang baik bagi Grab, karena kami sudah siap meluncurkan bank digital di Singapura dan kami akan terus melayani konsumen dengan beragam pilihan yang lebih baik," ujar Anthony.
Dalam keterangan yang sama, Chief Financial Officer Grab Peter Oey mengatakan Grab akan lebih hati-hati dan disiplin dalam mengalokasikan modal dan akan menggandakan peluang pertumbuhan jangka panjang dari bisnis sesuai demand, iklan, serta layanan keuangan Grab.
"Kami akan fokus pada jalur kami menuju profitabilitas dan meningkatkan ekonomi unit kami," katanya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait