HIKMAH JUMAT : Dunia Sementara, Akhirat Selamanya

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Manusia yang terjebak dalam perlombaan kehidupan dunia, seakan-akan lupa bahwa kehidupannya di dunia ini akan berakhir. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

KEHIDUPAN di dunia adalah perjalanan yang sangat singkat dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal selamanya. Sayangnya, banyak manusia yang terbuai oleh kesenangan dunia hingga melupakan akhirat sebagai tujuan akhir yang sejati.

Banyak orang yang terjebak dalam perlombaan kehidupan dunia. Di antaranya ada yang memperbanyak harta, berebut pangkat dan jabatan, memperbanyak istri dan anak, hingga melakukan berbagai aktivitas yang terkadang tidak masuk akal.

Manusia yang terjebak dalam perlombaan kehidupan dunia, seakan-akan lupa bahwa kehidupannya di dunia ini akan berakhir. Dia lupa bahwa dunia ini adalah sementara, dan dia akan memasuki kehidupan yang abadi selamanya di akhirat nanti.

Baginda Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabdanya yang artinya: “Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian, dan hamba mode. Jika diberi ia ridha. Namun jika tidak diberi, ia pun tidak ridha.” (HR. Bukhari).

Masih dari riwayat Imam Bukhari, lebih jauh Baginda Rasulullah SAW juga bersabda “Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari). 

Padahal, Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam Al-Qur'an bahwa dunia hanyalah permainan dan senda gurau, sementara akhirat adalah tempat kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan kehidupan dunia dengan sebaik-baiknya agar tidak menyesal di akhirat kelak.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."(QS. Al-Hadid [57]: 20).

Pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengingatkan bahwa dunia hanya seperti tanaman yang tumbuh subur setelah hujan, namun pada akhirnya akan layu dan hancur. Begitu pula dengan kehidupan manusia, yang akan berakhir dengan kematian.

Selanjutnya, Baginda Rasulullah SAW mengajarkan kepada seluruh umatnya bahwa bagi seorang mukmin, dunia bukanlah tempat bersenang-senang secara berlebihan, melainkan tempat ujian dan perjuangan. 

Sebaliknya, bagi orang kafir dunia ini adalah segalanya, karena mereka tidak percaya akan adanya kehidupan setelah mati. Mari kita simak sabda Baginda Rasulullah SAW yang artinya: "Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
 

Perlu senantiasa diingat bahwa setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Ketika ajal itu tiba, maka seluruh harta, jabatan, dan kenikmatan dunia yang kita miliki tidak akan ada artinya lagi. Yang akan menyelamatkan diri kita hanyalah amal saleh. Baginda Rasulullah SAW bersabda:

"Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa selama hidup di dunia, kita harus berusaha mengumpulkan bekal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat.

Jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal nanti di akhirat. Dalam sebuah hadits dikisahkan bahwa suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Baginda Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling cerdas?" Rasulullah SAW menjawab:

"Orang yang paling cerdas adalah mereka yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelahnya. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar berakal." (HR. Ibnu Majah).

Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan’. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu’minun [23]: 99-100).

Selama masih ada kesempatan, maka jangan disia-siakan untuk semaksimal mungkin mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal selamanya di akhirat nanti. Optimalkan setiap langkah dalam kehidupan kita untuk meraih kebaikan demi kebaikan yang akan kita rasakan buahnya di kehidupan yang abadi.


Selama masih ada kesempatan, jangan disia-siakan untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal selamanya di akhirat nanti. (Foto: Ist)
 

Lebih baik kita bersabar dan menahan diri supaya tidak terjebak dalam kehidupan yang fana ini. Kalaupun sejelek-jeleknya kita menderita di dunia ini, yakinlah bahwa penderitaan itu bersifat sementara. 

Tanamkan dalam hati dan keyakinan kita bahwa dengan bersabar dan menahan diri di dunia, in syaa Allah kebahagiaan akhirat akan kita raih. Akhirat adalah kehidupan yang bersifat baqa’, yakni kekal selamanya. Jika kita bahagia maka akan bahagia selamanya, sebaliknya jika kita menderita maka akan menderita juga selamanya. 

Sekali lagi, dunia adalah tempat sementara yang harus dimanfaatkan untuk menanam kebaikan sebagai bekal menuju akhirat. Jangan sampai kita terlena oleh gemerlap dunia yang sementara hingga melupakan tujuan utama kita diciptakan, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. 

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56). Dengan ibadah inilah sejatinya Allah Ta’ala memberikan kesempatan kepada manusia untuk menyiapkan bekal kehidupan abadinya di akhirat nanti.

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang tidak tertipu oleh kehidupan dunia dan selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Dunia adalah sementara sedangkan akhirat adalah selamanya. (*)


Sekali lagi, dunia adalah tempat sementara yang harus dimanfaatkan untuk menanam kebaikan sebagai bekal menuju akhirat. (Foto: Ist)    

 

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network