JAKARTA, iNewsSerpong.id - Mulai hari dengan keberkahan melalui tata cara sholat Dhuha 4 rakaat 1 salam. Sholat Dhuha, yang memiliki keutamaan luar biasa, kini dapat dilaksanakan dengan lebih efisien.
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada waktu dhuha, yaitu awal dari waktu siang. Ibadah ini memiliki banyak keutamaan dan pahala yang besar dari Allah Ta’ala. Berikut adalah ringkasan fikih mengenai shalat Dhuha.
Hukum Shalat Dhuha
Para ulama dari empat madzhab sepakat bahwa hukum shalat Dhuha adalah sunnah. Salah satu dalilnya terdapat dalam hadis Abu Dzar radhiallahu’anhu, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Di pagi hari ada kewajiban bagi seluruh persendian kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Demikian juga amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sedekah. Semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan salat dhuha sebanyak dua raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Waktu Shalat Dhuha
Waktu pelaksanaan shalat Dhuha dimulai ketika matahari sudah meninggi setinggi tombak hingga sebelum waktu zawal, yaitu ketika matahari berada tepat di atas. Dari Amr bin Abasah radhiallahu’anhu, ia menceritakan:
قدِم النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم المدينةَ، فقدِمْتُ المدينةَ، فدخلتُ عليه، فقلتُ: أخبِرْني عن الصلاةِ، فقال: صلِّ صلاةَ
الصُّبحِ، ثم أَقصِرْ عن الصَّلاةِ حين تطلُعُ الشمسُ حتى ترتفعَ؛ فإنَّها تطلُع حين تطلُع بين قرنَي شيطانٍ، وحينئend yَسجُد لها الكفَّارُ، ثم صلِّ؛ فإنَّ الصلاةَ مشهودةٌ محضورةٌ، حتى يستقلَّ الظلُّ بالرُّمح
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tiba di Madinah, dan saya pun datang ke Madinah. Saya menemui beliau dan berkata: Wahai Rasulullah, ajarkan aku tentang shalat. Beliau bersabda: Laksanakan shalat subuh, kemudian jangan shalat saat matahari terbit hingga ia meninggi. Karena saat itu matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan pada saat itu orang-orang kafir sujud kepada matahari. Setelah matahari meninggi, barulah shalatlah. Karena shalat pada waktu itu disaksikan oleh malaikat, sampai bayangan tombak mengecil” (HR. Muslim no. 832).
Sebagian ulama berpendapat bahwa waktu Dhuha dimulai sekitar 15 menit setelah terbitnya matahari. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:
ووقتها يبتدئ من ارتفاع الشمس قيد رمح في عين الناظر، وذلك يقارب ربع ساعة بعد طلوعها
“Waktu shalat Dhuha dimulai ketika matahari telah meninggi setinggi tombak bagi orang yang melihatnya, dan itu sekitar 15 menit setelah terbit” (Fatawa Ibnu Baz, https://ar.islamway.net/fatwa/14645).
Waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat Dhuha adalah ketika matahari sudah tinggi dan sinarnya terasa terik. Dari Zaid bin Arqam radhiallahu’anhu:
أنَّه رأى قومًا يُصلُّون من الضُّحى في مسجدِ قُباءٍ، فقال: أمَا لقَدْ علِموا أنَّ الصلاةَ في غيرِ هذه الساعةِ أفضلُ، قال: ((خرَجَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم على أهلِ قُباءٍ، وهم يُصلُّونَ الضُّحى، فقال: صلاةُ الأوَّابِين إذا رَمِضَتِ الفصالُ من الضُّحَى
Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang yang sedang melaksanakan shalat Dhuha dan berkata, “Mereka mungkin tidak tahu bahwa ada waktu yang lebih utama daripada yang mereka lakukan saat ini.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat awwabin sebaiknya dilakukan ketika anak unta merasakan panasnya matahari” (HR. Muslim no. 748).
Shalat Isyraq adalah Shalat Dhuha Di Awal Waktu
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صلَّى الغداةَ في جماعةٍ ثم قعد يذكرُ اللهَ حتى تطلعَ الشمسُ ثم صلَّى ركعتيْنِ كانت لهُ كأجرِ حجَّةٍ وعمرةٍ . قال : قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ
“Seseorang yang melaksanakan shalat subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melaksanakan dua raka’at, maka pahalanya seperti haji dan umrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: sempurna, sempurna, sempurna” (HR. Tirmidzi no. 586, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 3403).
Dalam hadis ini disebutkan tentang shalat dua raka’at setelah matahari terbit, yang sering disebut sebagai shalat Isyraq. Shalat Isyraq ini merupakan pelaksanaan shalat Dhuha di awal waktunya. Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah (27/220-221) dinyatakan:
بتتبُّع ظاهر أقوال الفقهاء والمحدِّثين يتبيَّن: أنَّ صلاة الضحى وصلاة الإشراق واحدةٌ؛ إذ كلهم ذكروا وقتَها من بعد الطلوع إلى الزوال ولم يُفصِّلوا بينهما
“Dengan mengamati perkataan para fuqaha dan ahli hadits, jelas bahwa shalat Dhuha dan shalat Isyraq adalah satu kesatuan; karena mereka semua menyebutkan waktu pelaksanaannya dari setelah terbitnya matahari hingga waktu zawal tanpa membedakan keduanya.”
Dengan demikian, shalat Dhuha yang dilaksanakan di awal waktunya adalah shalat Isyraq.
Tata Cara Sholat Dhuha 4 Rakaat 1 Salam
Niat Sholat Dhuha
Takbiratul Ihram: Angkat kedua tangan sejajar dengan telinga sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
Doa Iftitah: Bacalah doa pembuka sholat.
Baca Al-Fatihah: Diikuti dengan membaca surat pendek, seperti surat Ad-Dhuha di rakaat pertama dan Asy-Syams di rakaat kedua.
Gerakan Rakaat:
Rukuk
I'tidal
Sujud pertama
Duduk di antara dua sujud
Sujud kedua
Ulangi langkah nomor 4-5 untuk rakaat kedua.
Setelah menyelesaikan dua rakaat, baca tasyahud akhir.
Salam: Akhiri sholat dengan satu kali salam ke kanan dan kiri.
Doa Setelah Sholat Dhuha
Tidak ada hadis dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang shahih dan tegas mengenai doa setelah shalat Dhuha. Namun, terdapat hadis dari Aisyah radhiallahu’anha yang menyebutkan:
صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الضحى، ثم قال: “اللهم اغفر لي، وتب علي، إنك أنت التواب الرحيم” حتى قالها مائة مرة
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah melaksanakan shalat Dhuha, kemudian beliau berdoa: /Allaahummagh firlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim/ (Ya Allah, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sungguh Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang). Beliau mengucapkan doa ini sebanyak 100 kali” (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 219, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad).
Pendapat yang lebih kuat adalah bahwa ini merupakan doa umum setelah shalat, bukan khusus untuk shalat Dhuha. Hal ini juga diperkuat dengan riwayat lain yang menyatakan:
قال: رَجُلٌ مِن الأنصارِ- إنَّه سَمِعَ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في صَلاةٍ وهو يقولُ: ربِّ اغفِرْ لي -قال شُعْبةُ: أو قال: اللَّهُمَّ اغفِرْ لي- وتُبْ علَيَّ؛ إنَّك أنتَ التوَّابُ الغَفورُ، مِئَةَ مَرَّةٍ
“Seorang lelaki dari kaum Anshar mengatakan bahwa ia mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa setelah shalat: /Allaahummagh firlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim/ sebanyak 100 kali” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dalam Musnad Ibnu Fudhail, dishahihkan Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad no. 23150).
Namun, jika seseorang ingin mengamalkan doa ini setelah shalat Dhuha, hal itu tidak menjadi masalah, asalkan tidak berkeyakinan bahwa doa tersebut adalah doa khusus untuk shalat Dhuha.
Keutamaan Salat Dhuha
Keutamaan shalat Dhuha sangatlah besar, di antaranya:
1. Sebagai pengganti sedekah untuk seluruh persendian tubuh.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Dzar:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
"Pada setiap pagi, setiap persendian kalian wajib bersedekah. Setiap tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (laa ilaha illallah) adalah sedekah, dan setiap takbir (Allahu akbar) juga sedekah. Mengajak kebaikan (amar ma'ruf) dan mencegah kemungkaran (nahi mungkar) pun adalah sedekah. Semua ini dapat dicukupi dengan dua rakaat shalat Dhuha." (HR. Muslim no. 720).
Seperti yang kita ketahui, jumlah persendian dalam tubuh manusia sangat banyak. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
"Sesungguhnya setiap manusia dari keturunan Adam diciptakan dengan 360 persendian." (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menegaskan kebenaran sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun demikian, sedekah untuk seluruh 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha, sebagaimana dalam hadits dari Abu Buraidah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ
"Manusia memiliki 360 persendian, dan setiap persendian wajib disedekahi." Para sahabat bertanya, "Siapakah yang mampu bersedekah untuk setiap persendian, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Dengan menyingkirkan dahak di masjid, atau menyingkirkan gangguan di jalan. Jika tidak mampu, cukup dengan shalat Dhuha dua rakaat." (HR. Ahmad, 5: 354. Hadits ini shahih ligoirohi menurut Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa hadits Abu Dzar menunjukkan keutamaan besar dan kedudukan mulia shalat Dhuha, serta mencukupkan dengan dua rakaat (Syarh Muslim, 5: 234).
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah menambahkan bahwa kedua hadits ini (Abu Dzar dan Buraidah) menegaskan keutamaan dan kedudukan tinggi shalat Dhuha, sehingga sangat dianjurkan untuk dikerjakan secara rutin. Dua rakaat shalat Dhuha sudah cukup menggantikan sedekah untuk 360 persendian (Nailul Author, 3: 77).
2. Allah akan mencukupi kebutuhan di akhir siang.
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
"Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, jangan tinggalkan empat rakaat di awal siang (Dhuha), maka Aku akan mencukupimu di akhir siang." (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, Tirmidzi no. 475, Darimi no. 1451. Hadits ini shahih menurut Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Penulis ‘Aunul Ma’bud, Al ‘Azhim Abadi, menjelaskan bahwa hadits ini bisa bermakna bahwa shalat Dhuha melindungi pelakunya dari bahaya, menjaganya dari dosa, atau membuatnya dimaafkan jika terjerumus dalam dosa (‘Aunul Ma’bud, 4: 118).
At Thibiy berpendapat bahwa dengan shalat Dhuha, Allah akan mencukupi segala kesibukan dan urusanmu, serta menghilangkan hal-hal yang tidak disukai hingga akhir siang. Intinya, selesaikan urusanmu dengan beribadah kepada Allah di awal siang, maka Allah akan memudahkan urusanmu di akhir siang (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
3. Mendapatkan pahala haji dan umrah yang sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Barangsiapa shalat Subuh berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala seperti haji dan umrah." Beliau bersabda, "Sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmidzi no. 586. Hadits ini hasan menurut Syaikh Al Albani)
Al Mubaarakfuri rahimahullah menjelaskan bahwa shalat dua rakaat tersebut dilakukan setelah matahari terbit dan meninggi seukuran tombak, sehingga keluar dari waktu yang dilarang untuk shalat. Shalat ini juga disebut shalat Isyraq, yang merupakan shalat di awal waktu (Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, 3: 158).
4. Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
"Tidaklah menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang awwab (kembali taat). Inilah shalat awwabin." (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa awwab adalah orang yang taat atau orang yang kembali taat (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).
Itulah penjelasan mengenai tata cara sholat Dhuha 4 rakaat 1 salam. Semoga kita dimudahkan senantiasa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Wallahu a’lam.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait