
JAKARTA, iNewsSerpong.id -- Belum ada kejelasan subsidi motor listrik dari pemerintah, industri kendaraan listrik roda dua di Indonesia seperti terombang-ambing tanpa arah.
Sementara mobil listrik dan mobil hybrid telah merasakan manfaat insentif, motor listrik masih menunggu kepastian yang tak kunjung datang.
Hal ini menyebabkan konsumen ragu untuk membeli, dan banyak yang memilih menunda pembelian hingga kejelasan mengenai subsidi motor listrik diumumkan.
Penjualan Turun Tajam
Akibat kondisi ini, penjualan motor listrik mengalami penurunan yang tajam, memaksa produsen untuk mencari cara bertahan.
Pemerintah memang memberikan skema subsidi yang berbeda untuk motor listrik dibandingkan mobil listrik.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Muhammad Rachmat Kaimuddin, menjelaskan bahwa untuk motor listrik, potongan subsidi diberikan langsung kepada konsumen, bukan dalam bentuk insentif pajak seperti pada mobil.
"Skemanya berbeda. Jika motor listrik ingin masuk dalam Perpres yang sudah ada, maka akan dikenakan potongan 10 persen, tetapi nilainya hanya sedikit, mungkin cuma Rp2 juta," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Dewan Pembina AEML (Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik) di Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Dengan subsidi yang dijanjikan sebesar Rp7 juta, dealer malah harus menanggung biaya di awal, sementara proses klaim subsidi dari pemerintah tidak langsung diterima oleh produsen.
Hal ini menimbulkan beban keuangan dan menyebabkan rantai distribusi serta penjualan menjadi macet.
"Saya tidak tahu. Harus ditanya dulu. Saya sedang menyiapkan laporan untuk Perpres (Peraturan Presiden) 79," ucap Rachmat.
Padahal, subsidi motor listrik sangat memengaruhi daya beli masyarakat. Dengan adanya subsidi, harga motor listrik menjadi lebih terjangkau, dan minat pasar meningkat pesat saat program insentif berjalan.
Hal ini terlihat pada tahun 2024 ketika kuota 50.000 unit langsung ludes, bahkan penjualan tembus hingga 60.000 unit.
Namun, pada awal tahun 2025, pasar motor listrik tanpa subsidi benar-benar lesu, dengan hanya sekitar 2.000 unit yang berhasil terjual pada kuartal pertama.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat bergantung pada insentif pemerintah untuk beralih ke motor listrik.
Bagi produsen, kondisi ini sangat menyulitkan. Mereka sudah melakukan produksi massal, tetapi barang menumpuk karena tidak terserap pasar. Di sisi lain, arus kas perusahaan tersendat akibat subsidi yang tak kunjung diterima.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait