Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
TINGGAL BEBERAPA hari lagi, bangsa Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan yakni pada 10 November 2025. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang jasa para pejuang yang telah mengorbankan harta, jiwa dan raganya demi kemerdekaan negeri kita tercinta Indonesia.
Namun, di balik upacara dan seremoni itu, tersimpan pesan mendalam bahwa semangat kepahlawanan tidak boleh berhenti di masa lalu, melainkan harus terus hidup dalam setiap jiwa yang mencintai kebenaran dan kemanusiaan.
Dalam pandangan Islam, pahlawan sejati bukan hanya mereka yang gugur di medan perang, tetapi juga siapa pun yang berjuang menegakkan kebenaran, keadilan, dan akhlak mulia di setiap zaman. Islam memandang kepahlawanan bukan dari gelar atau kedudukan, melainkan dari ketulusan niat dan keikhlasan amal.
Seorang pahlawan sejati adalah mereka yang berjuang dengan niat karena Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 169)
Ayat di atas menjelaskan bahwa perjuangan yang dilandasi keimanan dan pengorbanan di jalan Allah tidak akan sia-sia. Meski mereka mungkin tidak dikenal dunia, tetapi Allah memuliakan mereka di sisi-Nya. Artinya, nilai kepahlawanan dalam Islam selalu terkait dengan keteguhan iman dan keikhlasan dalam beramal.
Esensi Kepahlawanan Sejati
Dalam Islam, istilah jihad sering disalahpahami sebagai perang fisik semata. Padahal, jihad memiliki makna yang jauh lebih luas, yakni segala bentuk upaya sungguh-sungguh untuk menegakkan kebenaran dan memperbaiki diri serta masyarakat.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Mujahid adalah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya demi ketaatan kepada Allah.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan bahwa pahlawan sejati tidak hanya mereka yang mengangkat senjata di medan tempur, tetapi juga mereka yang berjuang melawan hawa nafsu, menahan amarah, menegakkan keadilan, dan menebar kebaikan di tengah masyarakat.
Di era modern seperti saat ini, jihad bukan lagi hanya berbentuk perang fisik, melainkan perjuangan moral, spiritual, dan intelektual. Menjadi pahlawan berarti melawan kemalasan dengan produktivitas, melawan kezaliman dengan keadilan, melawan kebodohan dengan ilmu, dan melawan kebohongan dengan kejujuran.
Kondisi zaman kini menunjukkan betapa pentingnya hadir sosok-sosok pahlawan baru. Bukan dalam bentuk fisik yang gagah, tapi pahlawan yang menjaga nilai moral, etika, dan iman di tengah arus globalisasi dan disrupsi digital.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
