Jasa dan Dosa dalam Mozaik Sejarah
Lebih lanjut, Azhari mengingatkan bahwa jasa-jasa Soeharto terhadap pembangunan bangsa tidak dapat dihapus hanya karena adanya luka masa lalu. Ia menganalogikan sejarah layaknya mozaik, tempat jasa dan dosa berdiri berdampingan.
“Kalau setiap kesalahan meniadakan pengabdian, mungkin tak satu pun tokoh layak disebut pahlawan,” tambahnya, mengingatkan bahwa Indonesia didirikan atas semangat persatuan dan perdamaian, bukan dendam antarkeluarga atau partai politik.
Ia juga menyentil ironi di mana para pimpinan politik sering menyerukan perdamaian, namun secara diam-diam masih menikmati ketegangan masa lalu. Azhari berharap para pimpinan partai politik dapat menjadi teladan dan ruang pembelajaran etika sejarah, bukan arena pelestarian luka lama.
“Perdamaian bukan slogan kongres, tapi keputusan batin,” pungkasnya, menekankan bahwa benih perdamaian harus ditanam di hati, bukan hanya menjadi jargon politik.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
