Judi Online Ganggu Harmoni Keluarga, Angka Perceraian Melonjak di Tangerang

Penulis : Syahrir Rasyid
Kecanduan judi online picu kenaikan angka perceraian di Tangerang (Foto: Ist)

OPINI: Oleh Syahrir Rasyid, Pimpinan Redaksi iNewsSerpong

KECANDUAN judi online dan perselingkuhan berperan besar mengerek angka perceraian di Kabupaten Tangerang. Kata -- judi online -- makin sering tercetak dalam berkas sidang. Ekonomi keluarga terganggu, konflik meningkat dan akhirnya berujung pada perceraian.

Fakta berbicara, Pengadilan Agama Tigaraksa mencatat 6.113 perkara hingga awal November 2025, atau meningkat sekitar 8% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.600 kasus. Sebanyak 4.009 perkara berasal dari Kabupaten Tangerang dan 2.104 perkara dari Tangerang Selatan

Memang, sebagaimana diungkapkan Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama Tigaraksa, Yasmita, perselisihan dan pertengkaran terus-menerus masih mendominasi alasan perceraian. Namun, di balik alasan umum tersebut, dua faktor baru semakin menonjol: kecanduan judi online dan perselingkuhan.

Perceraian akibat kecanduan judi online semakin banyak, seakan menjadi tren pada sejumlah wilayah di Indonesia. Sayangnya belum ada angka pasti untuk menggambarkan betapa dampak judi online telah mengakibatkan tingginya angka perceraian.

Pengaruh judi online sangat dahsyat, selain mudah diakses, bentuk judi ini membuat orang kehilangan kontrol. Bayangkan, gaji bisa habis untuk deposit, cari sumber uang lewat pinjaman online yang tak jerang menjerat, kebutuhan rumah tangga terganggu hingga aset keluarga dijual diam-diam.

Bisa ditebak dampak selanjutnya, adalah hilangnya kepercayaan pasangan. Tidak sedikit pelaku judi online berbohong menyembunyikan transaksi, dan menutupi kerugian. Saat kebohongan terbongkar, pasangan merasa dikhianati.

Judi online merusak tiga pilar utama rumah tangga: yakni keuangan, kepercayaan, dan komunikasi. Ketika ketiganya hancur, maka perceraian menjadi jalan yang banyak dipilih pasangan.

Badai Rumah Tangga

Setiap rumah tangga pasti menghadapi ujian, dari tekanan ekonomi, miskomunikasi, perselingkuhan, hingga kecanduan judi online.

Tidak ada pernikahan yang selamanya mulus. Yang membedakan adalah cara setiap pasangan menghadapinya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari-Muslim)

Namun, sabar bukan berarti pasrah. Sabar berarti mengelola emosi, menjaga lisan, dan menahan diri dari tindakan yang memperburuk keadaan.

Islam mengajarkan musyawarah (syura) sebagai jalan penyelesaian ketika konflik muncul. Bila musyawarah buntu, Islam membolehkan melibatkan pihak ketiga yang bijak—baik orang tua maupun konselor pernikahan.

Rumah tangga adalah perjalanan panjang, melelahkan namun penuh pahala. Ketika badai datang, jangan buru-buru menilai pernikahan gagal.

Bisa jadi badai itu hadir bukan untuk menghancurkan kapal, tetapi untuk menguatkan nakhodanya.

Namun, pada saat yang sama, fenomena judi online perlu disikapi secara lebih serius oleh pemerintah, regulator keuangan, dan masyarakat.

Bila tidak, efek domino ekonomi dan sosialnya dapat semakin memperbesar beban negara dan meruntuhkan banyak keluarga Indonesia. (*)


Kantor Pengadilan Agama Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten. (Foto: Ist)

 

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network