OPINI: Oleh Syahrir Rasyid, Pimpinan Redaksi iNewsSerpong
NEGARA maju tidak lahir begitu saja. Tumbuh dari sumber daya manusia (SDM) yang kuat, terdidik, dan berdaya saing. Dan SDM yang hebat tidak turun dari langit — ia dicetak oleh pendidikan yang bermutu. Karena itu, tidak berlebihan jika pendidikan selalu disebut sebagai kunci kemajuan sebuah negara.
Amerika Serikat menjadi contoh paling dekat. Negeri itu berdiri kokoh sebagai negara maju karena tradisi pendidikannya sudah mengakar selama ratusan tahun. Bahkan orang sering bergurau, “Bagaimana Amerika tidak maju? Nenek dari nenek mereka saja sudah berkuliah.”
Saya pernah menyaksikan langsung tradisi panjang itu. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di State University of New York at Buffalo (UB), tubuh ini bergetar melihat tahun berdiri kampus yang tertera di bawah logonya: 1846.
Itu artinya, generasi yang hidup 179 tahun lalu saja sudah belajar di universitas. Bandingkan dengan kita, yang baru serius berbenah pendidikan beberapa dekade terakhir.
UB awalnya hanyalah sebuah medical college, sebelum berkembang menjadi universitas riset besar di bawah sistem State University of New York (SUNY). Kampus yang berlokasi di Buffalo — kota terbesar kedua di Negara Bagian New York setelah New York City — terkenal dengan School of Management dan program MBA-nya yang kompetitif.
Dari Indonesia, salah satu alumninya adalah Tanri Abeng, yang dikenal sebagai Manajer Satu Miliar. Julukan itu melekat karena ia menjadi salah satu eksekutif dengan gaji tertinggi di Indonesia pada era 1990-an.
Namun sayangnya, jumlah mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di UB masih bisa dihitung dengan jari. Mayoritas mahasiswa internasionalnya justru berasal dari India, China, Korea Selatan, hingga Singapura — negara-negara yang sangat serius menyiapkan SDM mereka.
Karena itu, rasanya wajar bila hati ini ikut bergetar saat Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk melakukan perbaikan besar-besaran pada seluruh sekolah di Indonesia. Prabowo paham betul bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan hari ini.
Baginya, pendidikan bukan sekadar kebutuhan, tetapi investasi jangka panjang untuk keberlangsungan Indonesia sebagai bangsa besar. “Pemerintah yang saya pimpin akan memperbaiki semua sekolah di Indonesia. Mutunya, kualitasnya, sarananya. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Kita tidak main-main,” ungkap Presiden Prabowo, di Bekasi, 17 November 2025.
Presiden juga menekankan pentingnya pemerataan. Tidak boleh ada sekolah yang tertinggal. TK, SD, SMP, hingga SMA harus maju bersama — dan harus mampu bersaing dengan pendidikan manapun di dunia.
Prabowo bahkan memberi penghormatan khusus kepada guru. Menurutnya, guru adalah inti kebangkitan bangsa. Guru adalah lokomotif perubahan. Jika gurunya hebat, bangsa ikut terangkat; jika gurunya terabaikan, masa depan bangsa ikut meredup.
Semoga harapan besar ini berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan guru, terutama mereka yang masih berstatus honorer. Kita tentu tak ingin lagi mendengar kisah guru yang harus nyambi menjadi tukang ojek demi membuat dapur tetap mengepul.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
