Pemerintah Gembok Ekspor CPO, Begini Curhat-curhatan Petani Sawit, Hulu-Hilir Dikuasai "Orang Kuat"

Advenia Elisabeth
Petani sawit memiliki sejumlah masalah dalam kegiatan usahanya. Foto/YorriFarli/SINDOnews

 

JAKARTA - Serikat Petani Kelapa Sawit ( SPKS ) mengeluarkan uneg-uneg mereka terkait penghentian ekspor CPO oleh pemerintah. Bahkan disinyalir dari Hulu-Hilir bisnis CPO dinikmatgi segelintir orang kuat.

Sekretaris Jendral SPKS, Mansuetus Darto, mengatakan kebijakan pelarangan ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng harus dijadikan momentum pemerintah untuk merombak sistem perkebunan kelapa sawit yang ada.

"Masalah yang dihadapi sektor perkebunan kelapa sawit secara nasional paling tidak didasari oleh tiga aspek," ujarnya lewat siaran pers yang diterima MNC Portal Indonesia, Jumat (13/5/2022).

Pertama, reforma agraria yang belum dijalankan sehingga perkebunan kelapa sawit masih menjadi sumber konflik agraria dan ketimpangan penguasaan dan kepemilikan tanah. Kedua, pekebunan kelapa sawit yang menerapkan sistem pertanian monokultur berdampak pada lingkungan hidup.

 "Ketiga, ketergantungan petani sawit kepada korporasi kelapa sawit sangat akut, petani sawit belum mempunyai pabrik pengelolaan kelapa sawit, seperti industri pengolahan menjadi CPO hingga minyak goreng. Hulu hilir kelapa sawit hanya dikuasai segelintir orang kuat," papar Darto.

Darto pun meminta pemerintah segera mengawasi dan mengambil tindakan hukum yang tegas kepada pabrik kelapa sawit/perusahaan dari tingkat trader, grower hingga produsen yang ikut andil dalam menentukan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit secara sepihak di lapangan yang tidak berdasar pada harga penetapan pemerintah. "Selain itu pemerintah perlu mengawasi berbagai praktik menyimpang lainnya yang merugikan petani sawit," jelasnya.

Secara detail Darto mencontohkan, perusahaan Wilmar melalui anak perusahaannya PT Citra yang memiliki tiga pabrik kelapa sawit (PKS) sampai dengan saat ini masih tutup. Sehingga berpengaruh terhadap penurunan harga TBS kelapa sawit yang cukup tinggi.

Adapun di tingkat petani harga TBS kelapa sawit berkisar Rp1.600-Rp1.750 per kilogram. Sama halnya dengan harga di Sumatra dan Kalimantan Barat.

"Gejolak harga TBS yang terjadi saat ini membuat petani panik dan memengaruhi ekonomi keluarga petani," pungkasnya.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 13 Mei 2022 - 10:28 WIB oleh Advenia Elisabeth dengan judul "Ekspor CPO Dilarang, Petani Curhat: Hulu-Hilir Sawit Dikuasai Segelintir Orang Kuat". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://ekbis.sindonews.com/read/768039/34/ekspor-cpo-dilarang-petani-curhat-hulu-hilir-sawit-dikuasai-segelintir-orang-kuat-1652411132?showpage=all

Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
- Android: https://sin.do/u/android
- iOS: https://sin.do/u/ios

 

Editor : A.R Bacho

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network