"Kalau bukan karena kaummu (wahai Aisyah) baru saja meninggalkan kekufuran, niscaya aku akan meruntuhkan Kakbah, lalu aku akan membangunnya kembali di atas fondasi Ibrahim as karena sesungguhnya kaum Quraisy kurang sempurna membangun Kakbahnya." (HR Bukhari dan Muslim)
Inilah sebab mengapa orang yang sedang melakukan tawaf tidak boleh masuk Hijr Isma'il. Padahal, Al-Hijr termasuk bagian dari Kakbah.
Dan barangsiapa yang tawaf memasuki Hijr Isma'il berarti thawafnya tidak sah karena belum mengelilingi Kakbah secara sempurna.
Aisyah Radhiyallahu anha berkata: "Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang al-Jadr (al-Hijr), 'Apakah ia termasuk Kakbah?'"
Nabi berkata, "Iya". Aku berkata, "Lantas, kenapa mereka tidak memasukkannya menjadi bagian Kakbah?"
Beliau berkata, "Sesungguhnya biaya yang disiapkan kaummu (Quraisy) untuk membangun Kakbah tidak cukup".
Aku bertanya, "Kenapa pintunya dinaikkan tinggi?" Beliau berkata, "Itu sengaja dilakukan oleh kaummu agar mereka bebas memasukkan ke Kakbah siapa yang mereka sukai dan mereka bisa melarang siapa yang mereka kehendaki." (HR Bukhari dan Muslim)
Saat pemugaran Kakbah, orang-orang Quraisy membuat Kakbah bertambah tinggi.
Sebelumnya, tinggi Kakbah hanya sembilan hasta (kira-kira empat atau 4,5 meter) ditambah sembilan hasta lagi menjadi 18 hasta (8-9 meter).
Sementara itu, pintu Kakbah diangkat menjadi lebih tinggi sehingga tidak lagi menempel di tanah.
Tujuan mereka melakukan hal ini adalah: Pertama, memperkuat fondasi Kakbah dan tidak terkena banjir saat hujan. Kedua, agar tidak semua orang bisa masuk Kakbah.
Mereka yang ingin masuk Kakbah harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang-orang Quraisy.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Selasa, 05 Juli 2022 - 16:54 WIB oleh Miftah H. Yusufpati dengan judul "Kisah Umar bin Khattab Memulai Pembangunan Pagar Tembok Kakbah | Halaman 2". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://kalam.sindonews.com/read/817957/70/kisah-umar-bin-khattab-memulai-pembangunan-pagar-tembok-kakbah-1657012046/20
Editor : Syahrir Rasyid