Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina
JUMAT pekan ini terasa lebih spesial karena bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-94. Hari dimana pada 28 Oktober 1928 para pemuda Indonesia saat itu mengikrarkan sumpah setia berisi tentang semangat persatuan dan cinta terhadap tanah air.
Dalam Islam, pemuda memiliki peran yang sangat penting dengan sifat yang utamanya yaitu pemberani. Al-Qur’an mengabadikan sekelompok pemuda pemberani yang dikenal dengan Ashabul Kahfi.
Ashabul kahfi adalah kisah tentang tujuh orang pemuda pemberani yang Allah tidurkan di dalam sebuah gua selama 309 tahun. Gua tersebut dikenal dengan Gua Rajib yang berjarak sekitar 8 km dari kota Amman, Yordania.
Ketujuh pemuda pemberani tersebut adalah penduduk kerajaan Afasus yang dipimpin oleh raja kejam bernama Decyanus. Raja Decyanus adalah penyembah berhala, dan ia tidak segan-segan untuk membunuh siapa pun yang menolak menyembah berhala.
Namun, bagi ketujuh pemuda pemberani tersebut ancaman dari Raja Decyanus tidak membuat mereka gentar. Mereka berani menentang perintah sang raja demi untuk dapat beribadah atau menyembah hanya kepada Allah saja.
Keberanian dan penentangan dari ketujuh pemuda tersebut, akhirnya sampai juga informasinya ke telinga sang raja. Mendengar informasi tersebut, kemudian sang raja memanggil ketujuh pemuda tersebut dan menawarkan berbagai fasilitas khusus berupa kemudahan dan kenikmatan hidup.
Mendapatkan tawaran fasilitas tersebut, tentu tidak membuat iman ketujuh pemuda menjadi goyah. Mereka tetap menolak dan menentang perintah sang raja. Keteguhan hati mereka diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:
Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al-Kahfi [18]: 14).
Mereka pun kemudian bersepakat untuk pergi meninggalkan kota ditemani seekor anjing. Dalam perjalanan mereka dikejar oleh tentara Raja Decyanus dan mereka pun bersembunyi di dalam gua sambil menunggu keadaan menjadi aman.
Di dalam gua mereka beristirahat, sedangkan anjingnya menunggu dan berjaga di mulut gua. Di dalam gua, ketujuh pemuda tersebut berdo’a kepada Allah agar dilindungi dari kekejaman Raja Decyanus. Mereka bercengkerama satu dengan yang lainnya hingga kemudian rasa kantuk datang.
Kemudian Allah menidurkan ketujuh pemuda itu, hingga mereka tertidur pulas selama 309 tahun lamanya. Ketujuh pemuda tersebut bernama Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus, dan Thamlika.
Setelah mereka tertidur lebih dari tiga abad lamanya, Allah pun membangunkan mereka. Selanjutnya mereka saling bertanya terkait seberapa lama mereka tertidur di dalam gua. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa mereka baru tertidur setengah atau sehari lamanya.
Mereka juga tidak menemukan anjing yang menjaga di mulut gua. Mereka hanya menemukan tulang belulang yang diduga adalah tulang belulang anjing mereka yang dimakan oleh hewan buas.
Untuk memastikan seberapa lama mereka tertidur, maka salah satu dari ketujuh pemuda tersebut diutus untuk ke kota sambil membeli makanan. Pemuda yang bernama Thamlika pun pergi ke kota sambil sembunyi-sembunyi karena khawatir ketahuan oleh tentaranya Raja Decyanus.
Setelah tiba di kota, ia merasa heran karena kota telah mengalami banyak perubahan. Salah satu adalah penduduk kota sudah banyak yang beriman kepada Allah. Kemudian ia pun membeli beberapa makanan untuk dibawa pulang.
Ketika ia akan membayar, para pedagang pun kaget melihat uang yang digunakan oleh Thamlika. Para pedagang tidak mengenal uang yang digunakan. Begitu juga Thamlika, ia juga kaget mengapa para pedagang tidak mengenal uang yang ia gunakan untuk bertransaksi.
Akhirnya, salah seorang di antar pedagang berteriak bahwa ada pemuda yang telah menemukan harta karun. Pedagang tersebut mengetahui bahwa uang yang digunakan oleh Thamlika adalah uang antik yang banyak dibicarakan di istana.
Betapa kagetnya Thamlika, ketika dia mengetahui dari salah satu pedagang, bahwa uang yang ia gunakan adalah berasal dari kerajaan yang telah punah sekitar 300 tahun lalu. Dia pun akhirnya sadar, bahwa ia bersama dengan teman-temannya telah tertidur ratusan tahun di dalam gua.
Kisah tentang Ashabul Kahfi ini diabadikan secara lengkap oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat ke-18 yaitu surat Al-Kahfi.
Berdasarkah kisah Ashabul Kahfi di atas, terdapat beberapa pelajaran penting dikaitkan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun 2022. Pelajaran tersebut di antaranya:
Pentingnya memanfaatkan masa muda untuk memperjuangkan kebenaran dan kebaikan.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sempitmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Hakim).
Kualitas pemuda ditentukan oleh keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pemuda yang beriman adalah pemuda yang siap berjuang tanpa pamrih. Ikhlas dalam setiap pengorbanannya, dan siap menerima amanah kepemimpinan di masa depan. Terkait keimanan Ashabul Kahfi, Allah SWT berfirman:
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13)
Pemuda Harus Memiliki Keteguhan Prinsip.
Pemuda hebat adalah pemuda yang memiliki keteguhan prinsip. Mereka tidak mudah tergoyahkan oleh iming-iming dari siapa pun. Mereka tidak mudah ikut-ikutan hanya karena ingin mengikuti tren sesaat.
Prinsip mereka adalah kebenaran menurut Allah dan Rasul-Nya. Hati mereka teguh di atas keimanan walaupun berbagai ancaman harus dihadapinya. Allah SWT menggambarkannya dalam surat Al-Kahfi [18]: 14 yang telah dibahas di atas.
Memiliki Visi dan Misi Dakwah
Visi adalah mimpi yang ingin diwujudkan di masa depan. Misi adalah cara yang harus ditempuh guna mewujudkan visi tersebut. Dakwah adalah menyeru kepada kebenaran dan kebaikan. Oleh karenanya, setiap aktivitas yang dilakukan pemuda haruslah aktivitas yang menyeru kepada kebenaran dan kebaikan, bukan hura-hura semata.
Allah SWT berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl [16]: 125).
Momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 ini yang bertemakan: “Bersatu Bangun Bangsa”, dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengimplementasikan pelajaran dari kisah Ashabul Kahfi di atas. Dengan bersatunya pemuda-pemuda yang hebat, maka membangun bangsa akan menjadi lebih mudah, terarah, serta masa depan pun semakin cerah. (*)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Setiap aktivitas yang dilakukan pemuda haruslah aktivitas yang menyeru kepada kebenaran dan kebaikan. (Foto : Ist)
Editor : Syahrir Rasyid