JAKARTA, iNewsSerpong.id - Tatkala hati sedang gundah gulana karena tertimpa musibah maka hendaknya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berdoa. Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan hadis bahwa barangsiapa yang tertimpa kesusahan lalu dia berdoa , maka Allah SWT akan menghilangkan kegelisahannya dan menggantinya dengan rasa bahagia.
Doa yang dimaksud Imam Ahmad adalah sebagai berikut:
للَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
Allahumma ‘abduka ‘ibnu ‘abdika ibnu amatika, naashiyatii biyadika, maadhin fiyya hukmuka, ‘adhlun fiyya qadhaauka, as aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahu fii kitaabika, au ‘alamtahu ahadan min khalqika, awista’tsarta bihi fii ‘ilmilghaibi ‘indaka, antaj ‘alal quraaana rabii’a qalbii, wa nuura shadrii, wa jala a huznii, wa dzahaaba hammii
Artinya: Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku
Para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah ! Seyogyanya kami mempelajari kata-kata itu.”
Rasulullah SAW menjawab, “Benar, seyogyanya setiap orang yang mendengarnya mempelajari kata-kata tersebut.” [HR Ahmad, al-Musnad, 1/391. Hadits ini dinilai shahih oleh syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahîhah, no. 199].
Syaikh Abdurrazaq dalam kitab Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar menjelaskan, bahwa jika kita merenungi kata-kata dalam doa tersebut, maka kita akan dapati empat hal pokok yang sangat agung. Seorang hamba tidak bisa meraih kebahagiaan dan menghilangkan kegelisahan dan kesusahan yang menderanya kecuali dengan merealisasikan empat hal ini.
Empat hal tersebut adalah:
1. Merealisasikan ibadah hanya kepada Allah SWT dan benar pasrah dihadapan Allah taala, tunduk kepada-Nya, menyadari bahwa dia makhluk Allah, dia dan nenek moyangnya adalah makhluk, mulai kedua orang tuanya sampai dengan Nabi Adam dan Hawa.
2. Beriman terhadap Qadha dan qadar Allah, apa pun yang Allah SWT pasti akan terjadi sedangkan yang dikehendaki, maka pasti tidak akan terjadi.
3. Beriman terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah yang agung yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunnah lalu menjadikan semua itu sebagai wasilah (perantara) dalam berdoa kepada Allah Taala.
4. Mencurahkan perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an, kalamullâh yang pasti haq dan berisi hidayah, pedoman hidup dan penyembuh dari segala penyakit. (*)
Editor : Syahrir Rasyid