JAKARTA, iNewsSerpong.id - Janganlah pernah berputus asa sebab roda kehidupan terus berputar. Kalimat bijak ini mewakili sisi kehidupan seorang pria bernama Lukman Hakim.
Dulunya, bekerja sebagai clening service dan kuli bangunan. Kini berprofesi sebagai dosen sekaligus Kepala Pusat Teknologi Informasi (PTI) di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Sewaktu kecil Lukman diasuh sang nenek karena ibunya merupakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), ayahnya pun sakit-sakitan. Selepas dari asuhan nenek, Lukman sempat dibesarkan di panti asuhan selama 6 tahun.
Belajar Ngaji Gratis
“Dari kecil hingga SD saya tinggal sama Mbah. Lulus dari SD saya pindah ke Panti Asuhan Muhammadiyah di Kediri selama 6 tahun. Di panti itulah saya ditempa dan bisa bersekolah, belajar mengaji secara gratis,” ucap Lukman, Jumat (6/1/23).
Lukman mengakui kalau dirinya bukan anak yang pandai di kelas, bahkan ia pernah berada di rangking 29. Namun, ia mengaku sangat menyukai tantangan dan hal-hal baru kala itu.
Saat ia tinggal di panti asuhan, ayahnya meninggal dan hal tersebut membuat dirinya semakin kehilangan sosok figur di keluarga. Kehilangan, keterbatasan serta kesulitan membuat dirinya semakin tangguh dan membuat dirinya harus lebih tekun belajar agar tidak tertinggal.
Hasilnya, Lukman meraih ranking 3 besar di kelas dan mampu menempuh sekolah hingga jenjang sekolah atas. “Syukurlah waktu itu, setelah melewati banyak kejadian saya lebih fokus belajar dari SMP hingga SMK. Saya masuk 3 besar di kelas dan mulai saat itulah saya berani bermimpi besar,” kata Lukman.
Tak cuma bersekolah dan mengaji, demi bisa jajan seperti anak-anak lainnya, saat itu Lukman memutuskan bekerja menjadi penyiar radio dengan gaji Rp100.000 tiap bulan. Jadi cleaning service hingga kuli bangunan saat jadi mahasiswa.
Editor : Syahrir Rasyid