JAKARTA,iNewsSerpong.id –Pasca Merger tiga bank syariah pelat merah yang diresmikan Presiden Joko Widodo, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI kini memiliki Aset Rp 214,6 triliun dan modal inti Rp 20,4 triliun, BSI ditarget akan menjadi bank syariah nomor 10 terbesar di dunia.
Merger tiga bank syariah milik BUMN ini merupakan wujud inisiatif pemerintah untuk membangkitkan industri syariah, yang selama ini dianggap sebagai raksasa tidur.
Dengan menjadi bank yang besar, bank hasil merger dapat meraih tingkat kepercayaan nasabah lebih tinggi serta mampu menawarkan pricing pembiayaan yang lebih kompetitif.
Sekadar diketahui, proses merger ini melibatkan PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. “Insya Allah, kami akan kawal sebaik mungkin. Kami akan lakukan dengan saksama secara bertahap, tidak terburu-buru demi meminimalisasi risiko disrupsi bagi nasabah selama proses integrasi berlangsung,” kata Direktur Utama BSI yang juga Ketua Project Management Office Integrasi, Hery Gunardi, pada Januari 2021 lalu.
Jika mengulas balik perjalanan meger ketiga bank BUMN ini, aksi korporasi ini tentunya dapat memperbesar struktur permodalan bank syariah, sehingga dapat mendorong pertumbuhan positif di sektor perbankan syariah.
Hery juga menjanjikan Bank Syariah Indonesia tidak akan sekedar penggabungan tiga bank BUMN syariah saja tapi lebih dari itu.
"Ini tidak hanya sekedar penggabungan bank saja. Kami akan masuk 10 bank syariah terbesar dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Kami akan terus berbenah dan melayani segala lini. Dengan layanan modern dan inklusif serta tetap menjaga prinsip-prinsip keuangan syariah," ujar Hery.
Dia menjanjikan transformasi kedepannya dengan penguatan layanan, SDM, serta Teknologi Digital. Pihaknya juga menjanjikan akan fokus menyasar segmen UMKM secara terintegrasi. Selain itu juga akan melayani konsumer, ritel, hingga nasabah global melalui produk sukuk.
Usai merger, hingga kuartal I 2021 BRIS mencatat kinerja realisasi pembiayaan sebesar Rp159,1 triliun naik 14,74% secara tahunan atau year on year (yoy).
Sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), BSI mencatat realisasi Rp205,5 triliun naik 14,3% secara tahunan atau year on year (yoy).
Pada Juli, perseroan terus melakukan terobosan dengan menghadirkan fitur tarik tunai tanpa kartu ATM yaitu hanya dengan menggunakan aplikasi BSI Mobile.
Nasabah bisa menggunakan fitur Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BSI dan outlet Indomaret di seluruh Indonesia. Fitur ini dihadirkan BSI dalam menjawab kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi dengan aman selama pandemi sekaligus menjawab tantangan zaman untuk menghadirkan layanan keuangan Syariah yang digital dan modern.
Hery mengatakan, perkembangan teknologi digital serta pertumbuhan jumlah pengguna smartphone di Indonesia menjadi landasan bagi BSI untuk terus melakukan pengembangan fitur layanan pada BSI Mobile.
Juni 2021, jumlah pengguna BSI Mobile mencapai 2,2 juta User dan transaksi BSI Mobile mengalami pertumbuhan sebesar 113% secara tahunan (yoy).
BSI bertekad untuk terus berinovasi dalam menghadirkan fitur-fitur baru lainnya di aplikasi BSI Mobile, seperti fitur Paylater dan Mitraguna Online. Harapannya, layanan BSI Mobile menjadi lebih lengkap dan mendukung berbagai kebutuhan nasabah dan masyarakat di era digitalisasi.
Hingga kuartal III-2021,perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun, naik 37,01 persen secara year on year (YoY). “Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133 persen yoy," ujar Hery.
Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95 persen transaksi. Sedangkan sisanya sebanyak 5 persen masih menggunakan layanan di teller.
Hery juga memaparkan selain terdorong transaksi digital, perolehan laba bersih ditopang pula kinerja berbagai sektor. Di antaranya perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp219,19 triliun.
Terkait DPK, menurut Hery pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Di mana, tabungan wadiah tumbuh signifikan sebesar 16,22 persen yoy atau mencapai Rp30,35 triliun pada September 2021.
BSI juga terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93 persen atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40 persen.
Hery pun menekankan, dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp251,05 triliun atau naik sekitar 10,15 persen dari Rp227,92 triliun.
Dengan pembentukan ini, BRIS diharapkan tidak hanya melayani transaksi pada tingkat korporasi besar saja. Penggabungan ini, diharapkan dapat melayani transaksi baik domestik maupun global, dari skala kecil seperti UMKM sampai skala besar di tingkat korporasi baik di dalam maupun luar negeri.(*)
Editor : Syahrir Rasyid