JAKARTA,iNewsSerpong.id - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan kondisi perekonomian Indonesia masih dalam tahap waspada di 2023. Pasalnya kondisi ketidak pastian ekonomi global belum pulih.
Inflasi dari yang sebelumnya 5,5%, BI akan memastikan inflasi inti di semester I 2023 turun di bawah 4%. Demikian pula dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) setelah dampak dari base effect kenaikan harga BBM di bulan September, akan berada di bawah 4% dibandingkan dengan dunia yang masih high inflation.
"Tapi dengan keyakinan kita, mari kita optimis. BI memperkirakan di 2023, pertumbuhannya berada di kisaran 4,5-5,3%, kemungkinan sekitar 4,9%, kalau konsumsi cepat bisa ke arah 5%," ujar Perry dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 secara virtual di Jakarta, Senin (30/1/2023).
"Kami perkirakan transaksi berjalan akan valas sekitar 0%, neraca pembayaran akan surplus, aliran modal telah masuk, dan insyaAllah akan banyak masuk, tidak hanya penanaman modal asing (PMA), tetapi juga investasi portofolio. Sebanyak USD2,4 miliar sudah masuk di awal tahun ini," ucap Perry.
Untuk itu, pihaknya meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat, karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat. Ini terlihat dari sisi pertumbuhan tinggi, inflasi rendah, neraca pembayaran surplus, dan prospek ekonomi yang baik.
"Itu mendasarkan keyakinan kami bahwa Rupiah akan menguat setelah gejolak global ini semakin mereda. Pertumbuhan kredit seperti saya sampaikan di kisaran 10-12% di tahun ini. Itulah optimis, kita semakin optimis digitalisasi semakin kuat," tegas Perry.
Selain itu, BI juga optimis QRIS akan mencapai 45 juta pengguna, BI-FAST transaksi per harinya mencapai 1 miliar.
"Itulah suatu kebanggaan, rasa optimisme kita, tetapi tentu saja hidup penuh tantangan. Kita harus waspada, tidak boleh lengah karena global tidak menentu," tambahnya.
Perry pun menuturkan, kewaspadaan itu tentu saja harus diukur, ditakar, dan tak lupa dipersiapkan skenario manajemen risikonya.
"Evaluasi dan perkiraan kami di 2022, 2023, dan 2024, mari kita bersyukur, optimis, dan tetap waspada," pungkas Perry.(*)
Editor : A.R Bacho