JAKARTA, iNewsSerpong.id - Inilah makna Kun Fayakun di Alquran surat Yasin ayat 82. Ayat tersebut adalah salah satu penegasan bukti kekuasaan Allah atas semua makhluknya.
Surat Yasin merupakan surat ke-36 dalam Alquran yang terdiri dari 83 ayat. Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah dan sering disebut sebagai jantungnya Al Quran.
Dalam ayat 82 ditunjukkan kuasa Allah yang dengan mudah dapat menciptakan sesuatu yang dikehendaki-Nya. Ayat tersebut kemudian dipertegas dan ditutup dengan ayat terakhir yakni ayat 83.
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Latin: Innamaaa amruhuu idzaaa araada syaian an yaquula lahuu kun fayakuun. Artinya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS. Yasin ayat 82).
Makna Kun Fayakun di Ayat 82
Seperti yang pernah dilansir iNews.id dari Tafsir Quran Kemenag, makna surat yasin ayat 82 ini membuktikan kekuasaan Allah dengan betapa mudah bagi-Nya menciptakan sesuatu. Apabila Allah menghendaki untuk menciptakan suatu makhluk, cukuplah Allah berfirman, "Jadilah," maka dengan seketika terwujudlah ciptaan itu.
Mengingat kekuasaan-Nya yang demikian besar, maka adanya hari kebangkitan itu, di mana manusia dihidupkan-Nya kembali sesudah terjadinya kehancuran di hari Kiamat, bukanlah suatu hal yang mustahil, dan tidak patut diingkari.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan mengenai riwayat kekuasaan Allah yang menghendaki sesuatu dengan hanya satu kata. Diriwayatkan dari Abi Dzar, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
عَنْ أَبِي ذَر، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: يَا عِبَادِي، كُلُّكُمْ مُذْنِبٌ إِلَّا مِنْ عَافَيْتُ، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ. وَكُلُّكُمْ فَقِيرٌ إِلَّا مَنْ أَغْنَيْتُ، إِنِّي جَوَادٌ مَاجِدٌ وَاجِدٌ أَفْعَلُ مَا أَشَاءُ، عَطَائِي كَلَامٌ، وَعَذَابِي كَلَامٌ، إِذَا أَرَدْتُ شَيْئًا فَإِنَّمَا أَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ".
Dari Abu Zar ra yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-hamba-Ku, kalian semua berdosa terkecuali orang yang Aku maafkan. Maka mohonlah ampunan kepada-Ku, tentu Aku mengampuni kalian. Dan kalian semua miskin, kecuali orang yang Aku beri kecukupan; sesungguhnya Aku Maha Pemurah, Mahaagung, Mahakaya, Aku melakukan apa saja yang Kukehendaki. Pemberian-Ku hanya satu kata, dan azab-Ku hanya satu kata; apabila Aku menghendaki sesuatu, sesungguhnya Aku hanya mengatakan kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah ia.”
Ayat 82 kemudian dilengkapi atau dipertegas dengan ayat penutup yakni 83 yang berbunyi demikian:
فَسُبۡحٰنَ الَّذِىۡ بِيَدِهٖ مَلَـكُوۡتُ كُلِّ شَىۡءٍ وَّاِلَيۡهِ تُرۡجَعُوۡنَ
Latin: Fasubhaanal ladzii biyadihii Malakuutu kulli syai-inwwa ilaihi turja'uun.
Artinya: "Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan." (Surat Yasin Ayat 83)
Mengutip dari tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat tersebut disebutkan bahwa ayat 83 semakna dengan Surat Al-Mulk ayat 1:
"Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan."
Ayat di atas merupakan ungkapan Maha Suci Allah, Tuhan yang terus menerus mengurus makhluk-Nya dari semua keburukan. Di tangan-Nya, semua kendali dan kekuasaan berada.
Dialah Yang Menciptakan dan Yang Memerintah, dan hanya kepada-Nya dikembalikan semua hamba pada hari mereka dibangkitkan, lalu Allah akan membalas setiap orang sesuai amal perbuatannya.
Adapun lafaz al-Mulk dan al-Malakut sama, seperti halnya lafadz rahmah dan rahmat, rahbah, dan rambut, dan jabar dan jabarut. Imam Abu Dawud dan Imam Turmudzi di dalam Kitab Asy-Syama'il serta Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis Syu'bah ibn Amr ibnu Murrah: --dari Abu Hamzah maula Al-Ansar, dari seorang lelaki dari Bani Abs, dari Huzaifah RA--, bahwa ia pernah melihat Rasulullah SAW shalat di malam hari, dan beliau mengucapkan: "Allahu Akbar (3 kali) Yang memiliki semua kerajaan, kebesaran dan keagungan.
Setelah itu beliau membuka dengan membaca Al-Fatihah dan membaca Surat Al-Baqarah, lalu rukuk, dan lama rukuknya sama dengan lamanya berdiri. Dalam rukuknya itu beliau membaca: "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ" (Mahasuci Tuhanku Yang Maha agung/besar). Beliau mengangkat kepalanya dari rukuk, dan i'tidal yang dilakukannya hampir sama dengan rukuknya.
Dalam i'tidalnya beliau membaca "Bagi Tuhanku segala puji". Kemudian sujud, dan lama sujudnya itu sama dengan lama berdirinya. Dalam sujudnya beliau membaca: "سبحان ربي الأعلى" (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi).
Kemudian beliau mengangkat kepalanya dari sujud, dam melakukan duduk di antara dua sujud dalam waktu yang lama. Dalam duduknya, beliau mengucapkan: "رَبِّ اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي" (Tuhanku, berilah ampunan bagiku. Tuhanku, berilah ampunan bagiku). Rasulullah SAW melakukan sholatnya itu empat rakaat.
Al-Wahidi dalam Tafsir al-Wajiz menerangkan, kata سُبْحَانَ (Subhan) pada ayat di atas adalah bentuk penyucian Allah Ta'ala dari segala sifat ketidak-kuasaan. Kalimat "biyadihi Malakuutu kulli syai-in" merupakan ungkapan tentang Kemahakuasaan Allah atas segala sesuatu. Wallahualam bissawab (*)
Editor : Syahrir Rasyid