GEORGETOWN, iNewsSerpong.id - Pelaku pembakaran gedung asrama sekolah di Guyana diduga merupakan siswa sekolah tersebut. Dia sakit hati lantaran ponselnya disita.
Hal itu disampaikan polisi pada Selasa (23/5/2023). Siswi tersebut marah karena ibu asrama dan guru menyita ponselnya.
"Seorang siswi diduga melakukan pembakaran yang menghancurkan karena ponselnya diambil oleh ibu asrama dan seorang guru," kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Wali Kota Mahdia, kota tempat sekolah itu berada, David Adams, sebelumnya mengonfirmasi dugaan keterlibatan siswa tersebut kepada Reuters. Siswi tersebut tidak terluka dalam kebakaran tersebut.
Sayangnya, dia tidak bisa memastikan apakah siswi itu akan berada dalam tahanan pemerintah. Sementara pernyataan polisi tidak menyebutkan penangkapannya.
Sebelumnya, beberapa siswa mengatakan kepada penyelidik bahwa mereka terbangun oleh jeritan pada malam kejadian. Mereka lantas melihat api dan asap di area kamar mandi asrama.
Ahli patologi pemerintah yang melakukan autopsi pada enam mayat pada Senin (22/5/2023) malam menyebutkan, penyebab kematian mereka karena menghirup asap dan luka bakar. Sebanyak 13 jenazah telah dipindahkan ke ibu kota Georgetown untuk identifikasi DNA. Semenatara hampir 30 anak lainnya dirawat di rumah sakit.
Menteri Pendidikan Priya Manickchand sebelumnya menolak untuk membahas dugaan keterlibatan siswa tersebut. Ditanya tentang tuduhan asrama tidak dilengkapi dengan sistem alarm kebakaran modern dan siswa tidak dilatih jika ada kebakaran, Manickchand mengatakan kepada Reuters jika semua hal masih dalam penyelidikan.
"Semua itu sedang diselidiki dan laporan akan dikeluarkan setelah selesai. Apa yang harus dilakukan ini adalah peningkatan di seluruh sektor. Spesialis luka bakar, psikiater, dan staf medis lainnya merawat anak-anak yang terluka dan keluarga mereka," katanya.
Total korban tewas dalam kebakaran di asrama itu mencapai 20 orang. Korban termuda adalah bocah laki-laki berusia lima tahun yang merupakan anak dari pengurus asrama. Semua korban lainnya adalah perempuan, dan termasuk beberapa saudara kandung dan setidaknya sepasang saudara kembar.
Presiden Irfaan Ali bertemu dengan beberapa orang tua korban pada hari Senin setelah mengunjungi rumah sakit Mahdia. Dia mengumumkan tiga hari berkabung nasional.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid