JAKARTA, iNewsSerpong.id – Arti kata jancok ternyata memiliki konotasi yang negatif. Lalu, apa makna yang terkandung dari istilah tersebut?
Kata jancok adalah salah satu jenis kata umpatan yang populer di Jawa Timur. Selain itu, kata tersebut juga digunakan oleh masyarakat Malang dan Lamongan.
Arti jancok mempunyai beragam makna. Namun, memang kata jancok lebih cenderung dikenal dengan makna tidak baik sebagai salah satu bentuk bahasa umpatan.Kata jancok yang maknanya untuk kata umpatan tersebut digunakan untuk menunjukkan rasa marah, kecewa, jengkel, atau emosi.
Sementara makna jancok juga bisa untuk mengekspresikan perasaan seseorang ketika melihat sesuatu yang mengagetkan, mengejutkan, ataupun luar biasa.Contoh penggunaan kata jancok merasa takjub seperti Wih, apik'e, Cok!" ("Wih, bagusnya, Jancok!")
Lalu, makna jancok yang fungsinya mengakrabkan kerap digunakan dalam percakapan kelompok tertentu sebagai kata ganti panggilan serupa seperti panggilan brother atau bro.Contoh penggunaan kata jancok yang memberikan simbol keakraban, seperti ungkapan, “Piye, kabarmu cok?”. Berikut telah kami ulas arti kata jancok secara lebih luas, seperti dikutip dari berbagai sumber, Selasa (5/9/2023).
Arti Kata Jancok
Arti kata jancok dijelaskan dalam Discourse Analysis About Jancok Or Dancok In Discourse (Semantic And Pragmatic) yang ditulis Yam Saroh dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia.
Menurutnya, jancok berasal dari kata ‘encuk’ yang memiliki padanan kata fu*k dalam bahasa Inggris. Berasal dari frase ‘di-encuk’ menjadi ‘diancok’ lalu ‘dancok’ hingga akhirnya menjadi kata ‘jancok’.
Sejarah Kata Jancok
Beredar anggapan bahwa kata tersebut berasal dari sebuah tank Belanda yang bertuliskan "Jan-Cox". Kendati demikian, lahirnya kata jancok ternyata tidak berasal dari tank tersebut.
Pasalnya istilah jancok ternyata sudah populer sejak 1930-an, yang diucapkan oleh remaja Indo atau keturunan campuran Belanda-Indonesia.
Namun, awalnya dilafalkan ‘yantye-ook’ yang bisa diartikan sebagai ‘kamu juga’. Konotasinya pun nggak negatif dan dianggap sebagai bahasa gaul di masa itu.
Remaja-remaja pribumi mendengar pelafalan ‘yantye-ook’ dengan ‘yancok’. Kata inilah yang kemudian populer menjadi ‘jancok’.
(*)Editor : Syahrir Rasyid