get app
inews
Aa Text
Read Next : Dikenal Penyuka Kopi, 40 Persen Orang Indonesia Minum 2 Gelas Sehari

Menghadapi Ketidakpastian Tantangan Keamanan Energi dan Transisi Energi di Dunia 

Jum'at, 03 November 2023 | 14:53 WIB
header img
Industri gas di Indonesia dan para pemangku kebijakan turut serta dalam sebuah diskusi para ahli mengenai "Menavigasi Ketidakpastian yang Meningkat di Pasar Gas Global". Foto: Ist

JAKARTA, iNews.id - Industri gas di Indonesia dan para pemangku kebijakan turut serta dalam sebuah diskusi para ahli mengenai "Menavigasi Ketidakpastian yang Meningkat di Pasar Gas Global". 

Diskusi ini melibatkan Dr. Fereidun Fesharaki, Pendiri & Ketua Facts Global Energy (FGE) sebagai pakar dalam industri LNG. Acara ini diadakan oleh Indonesian Gas Society (IGS) di Hotel Pullman, Jakarta, pada hari Kamis, 2 November 2023.

Dr. Fesharaki berbicara tentang pandangan dan wawasan mengenai perkembangan pasar minyak, LNG, dan gas internasional saat ini, serta perkembangan yang sedang berlangsung dalam konteks tantangan ekonomi dan geopolitik. 

Beliau menyatakan bahwa fondasi industri minyak dan gas tetap kuat. Permintaan diharapkan akan terus meningkat, dengan permintaan minyak mencapai puncaknya pada awal tahun 2030-an dan permintaan gas meningkat hingga pertengahan tahun 2040-an. Bahkan setelah mencapai puncaknya, perubahan akan terjadi secara perlahan.

Dalam jangka pendek, pasokan minyak dan LNG menjadi lebih terbatas setelah diberlakukan sanksi terhadap Rusia dan pemotongan produksi minyak dari negara-negara OPEC. 

Pemerintah dan pemangku kepentingan industri perlu memonitor ketidakpastian yang semakin meningkat di pasar minyak dan LNG, dan dengan hati-hati mengelola kebijakan pengembangan dan pemanfaatan energi.

Permintaan LNG yang meningkat terjadi pada saat pasokan baru yang terbatas, yang diperkirakan akan mengakibatkan pengetatan pasar dan kenaikan harga hingga proyek LNG internasional baru mulai beroperasi antara tahun 2025-2028. 

Dengan peningkatan kapasitas produksi LNG sebanyak 200 juta ton per tahun, atau peningkatan sebesar 50 persen, harga LNG diperkirakan akan merosot pada tahun 2026. 

Namun, pasokan baru diperlukan pada awal tahun 2030-an setelah ketersediaan di pasar berkurang pada awal tahun 2030-an. Dalam jangka panjang, harga LNG diperkirakan akan berkisar antara US$ 8 hingga US$ 9 per mmbtu yang dikirim ke Asia (dalam mata uang riil). 

Oleh karena itu, proyek-proyek baru di sektor gas dan LNG harus bersaing dengan harga tersebut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dr. Fereidun Fesharaki juga menekankan bahwa meskipun dunia sedang beralih ke energi hijau, percepatan transisi ini masih menjadi pertanyaan. 

LNG dan gas akan terus memainkan peran sentral dalam transisi energi. Penambahan pasokan LNG baru mulai tahun 2025 akan memberikan peluang bagi Indonesia dan negara-negara pembeli lainnya di Asia dan Eropa untuk mendapatkan manfaat dari LNG yang lebih terjangkau, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Diskusi ini juga membahas strategi potensial untuk memastikan keamanan energi dan keterjangkauan di Indonesia. 

Untuk memenuhi permintaan energi domestik yang terus meningkat, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari pendekatan realistis dalam memastikan pasokan LNG dan gas dari berbagai sumber internasional dan dalam negeri. 

Dalam hal ini, negara harus mempertimbangkan insentif yang kompetitif untuk menarik investasi yang akan membawa sumber daya energi domestik Indonesia ke pasar global. 

Namun, AS dan UE akan memberikan subsidi besar untuk energi bersih, sehingga Indonesia harus mempertimbangkan teknologi apa yang akan muncul dan bagaimana menghitung penurunan biaya sebelum mengalokasikan sumber daya yang signifikan.

Aris Mulya Azof, Ketua IGS, menyatakan, "Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, Indonesia harus mencapai pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 7 persen. Pembangunan semacam ini memerlukan pasokan energi bersih yang terjangkau. Pemerintah dan sektor industri harus berkolaborasi untuk menciptakan keseimbangan strategis antara pasokan gas lokal dan internasional, sambil meningkatkan kapasitas energi terbarukan."

Tentang Indonesian Gas Society (IGS)

Indonesian Gas Society didirikan pada Juni 2014 untuk mendukung pengembangan industri gas di Indonesia, mencakup aspek komersial, teknis, operasional, kapabilitas manusia, dan HSE, demi kebaikan masyarakat Indonesia. 

Melalui peranannya, IGS memfasilitasi kolaborasi yang erat dan efektif antara pemangku kepentingan publik dan swasta, serta berjuang untuk pengembangan kebijakan dan strategi yang baik guna mencapai tujuan energi nasional Indonesia.

Tentang Dr. Fereidun Fesharaki

Dr. Fereidun Fesharaki adalah Pendiri dan Ketua Facts Global Energy (FGE). Karyanya dalam analisis pasar minyak dan gas serta studi pasar energi Asia Pasifik/Tengah Timur telah diakui secara luas di seluruh dunia sejak awal tahun 1980-an. 

Beliau memperoleh gelar Ph.D. dalam Ilmu Ekonomi dari Universitas Surrey di Inggris dan menyelesaikan Fellowship di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University. 

Beliau memiliki pengalaman dalam berbagai peran internasional, termasuk sebagai Presiden Asosiasi Ekonomi Energi Internasional (IAEE) dan Senior Fellow Asosiasi Ekonomi Energi Amerika Serikat. 

Dr. Fesharaki adalah penerima Penghargaan Adelman-Frankel 2016 dari Asosiasi Ekonomi Energi Amerika Serikat (USAEE) atas kontribusi unik dan inovatifnya dalam bidang ekonomi energi.


 

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut