BANYAK BISNIS kuliner dimulai dari modal kecil, dan salah satunya adalah kisah sukses Filsa Budi Ambia, seorang pengusaha asal Banyumas. Dia mengubah nasibnya dari selembar uang Rp100.000.
Filsa berbagi perjalanan bisnisnya dalam kanal YouTube Christina Lie. Setelah lulus SMA pada 2007, ia merantau ke Balikpapan dengan saudaranya. Mulai dari pekerjaan sopir truk di salah satu perusahaan tambang dengan bayaran Rp2 juta.
Pendapatannya terbilang sedikit mengingat biaya hidup di Balikpapan tinggi, terlebih setelah ia tidak lagi tinggal dengan saudaranya yang sudah pindah ke Surabaya.
Usaha Ayam Kalasan
Namun, ia menyadari bahwa bekerja saja tidak akan membuatnya kaya. Ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai sopir truk di perusahaan tambang dan memilih berbisnis.
Awalnya, ia membuka usaha ayam kalasan, namun harus tutup karena mengalami kerugian. Kemudian, mencoba berbisnis martabak mini franchise yang berkembang hingga memiliki 35 cabang.
Namun, nasib kurang baik, usaha franchise-nya bangkrut pada 2012.
Filsa menceritakan bagaimana kedua orang tuanya sering menanyakan kelancaran bisnisnya. Meski tengah kesulitan, ia selalu menjawab 'lancar'. Bahkan, ia pernah memberikan teh pada anaknya sebagai pengganti susu.
Terpuruk dan terlilit utang ratusan juta, usaha makanan yang dicoba terus merugi. Dengan sisa uang Rp100.000, ia memutuskan berjualan peyek.
Di awal, hasilnya tidak banyak, hanya cukup untuk beras dan susu. Filsa harus berpikir keras untuk memodifikasi peyeknya. Akhirnya, ia bertemu dengan seseorang yang ia panggil Koko Lim.
Koko Lim mengajarkan Filsa untuk membedakan produknya. Filsa menyadari potensi kepiting sebagai produk bisnis, karena Balikpapan terkenal dengan kepiting enak dan harga terjangkau.
Inovasinya disambut baik oleh teman-temannya. Filsa terus mengembangkan bisnis peyek kepiting bernama Peyek Kepiting Kampung Timur. Seiring berjalannya waktu, bisnisnya membesar dan membuka cabang di Yogyakarta untuk ekspansi bisnis di Pulau Jawa.
Banyak yang membantu mempromosikan produk peyeknya hingga Filsa dilirik pemerintah setempat karena mendukung pariwisata Balikpapan dan produknya menjadi ikon oleh-oleh khas Balikpapan.
Salah satu aspek yang ditekankan Filsa adalah kemasan produknya selain dari rasanya yang lezat. Baginya, kemasan adalah 'iklan 1 detik' yang menentukan apakah konsumen akan tertarik atau tidak.
"Mengenai kemasan, itu bisa mengubah keputusan. Meskipun sebelumnya tidak tertarik, kemasan yang menarik bisa membuat konsumen tertarik. Saat berbelanja, kemasan seringkali mempengaruhi keputusan pembelian," ujar Filsa.
Pengemasan produk Peyek Kepiting Kampung Timur memiliki bentuk dan warna yang mudah dikenali oleh pelanggan. Filsa memastikan agar konsumen mengingat mereknya melalui kemasan produknya.
Setelah kesuksesan dengan peyek kepiting, Filsa membangun pabrik di Yogyakarta dan melahirkan produk baru, yaitu Mistercrabs.
Ia terus mengembangkan bisnisnya dengan sentuhan profesional melalui kemasan produk yang baik.
Dengan merek Kampoeng Timoer dan Mistercrabs, Filsa berhasil memasarkan produknya di minimarket dan supermarket.
Dalam perjalanan bisnisnya, Filsa menyadari betapa pentingnya kemasan dalam memengaruhi pembelian. Baginya, kemasan yang menarik sebuah kunci sukses menarik konsumen. (*)
Filsa Budi Ambia (kiri). (Foto: YouTube Christina Lie)
Editor : Syahrir Rasyid