Mudik Lebaran 2024 : 8 Destinasi Wisata Sepanjang Jalur Trans Sumatera
Jum'at, 05 April 2024 | 13:17 WIB
Diana Rafika Sari 
3. Menara Siger, Lampung
Baca Juga
Mudik Lebaran 2024 : Ajak Anak Usia 5 Tahun Mudik Pakai Sepeda Motor
Foto/Indonesia Travel
Tidak jauh dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung, ada Menara Siger. Bangunan megah ini memiliki warna merah dan kuning seperti mahkota, dan menjadi simbol identitas dari masyarakat Lampung. Karena lokasinya dekat dengan lautan, Anda juga bisa menikmati pemandangan laut indah.
4. Jembatan Ampera, Palembang
Baca Juga
Mudik Lebaran 2024 : Ini Daftar Rest Area Jakarta - Semarang
Foto/Indonesia Travel
Jembatan Ampera di Palembang, Sumatera Selatan dibangun pada 1962 sebagai bentuk penghormatan kepada Presiden Soekarno. Jembatan yang berada di atas Sungai Musi ini memiliki panjang 1.117 meter dan tinggi 63 meter. Saat malam, Anda bisa melihat jembatan ini dipenuhi oleh gemerlap cahaya yang memukau.
5. Tugu Keris Siginjai, Jambi
Foto/Wikipedia
Tugu Keris Siginjai di Jambi merupakan monumen dengan puncak berbentuk keris yang terbuat dari tembaga murni dan memiliki keseluruhan tinggi sekitar 28 meter. Tugu ini dibangun dengan sembilan pipa kecil yang melambangkan anak sungai yang mengaliri sembilan kelurahan di Jambi.
6. Jam Gadang, Bukittinggi
Foto/Indonesia Travel
Jam Gadang di Bukittinggi merupakan monumen penanda dari pusat kota tersebut. Menariknya, monumen ini dibangun hanya dengan menggunakan campuran kapur, putih telur, dan pasir putih. Sedangkan jamnya didatangkan dari Kota Rotterdam di Belanda, dan mesinnya sama seperti mesin dari jam Big Ben di London, Inggris.
7. Tor Simago-mago, Medan
Foto/Instagram @wisatamandailing
Tor Simago-mago di Medan bisa menjadi pilihan untuk Anda yang ingin mengisi libur Lebaran dengan piknik dan camping. Ini merupakan puncak bukit luas dan asri. Di sini Anda bisa menikmati pemandangan dari lahan hijau yang menyejukkan mata.
8. Museum Aceh, Aceh
Foto/Indonesia Travel
Terakhir ada Museum Aceh di Aceh. Museum tertua di Indonesia, yang berdiri sejak 31 Juli 1915 ini sebelumnya paviliun yang berisi berbagai macam koleksi termasuk benda-benda pusaka milik F.W. Stammeshaus, kurator asal Belanda yang pernah menjabat sebagai Kepala Museum Aceh hingga 1931. Setelah merdeka, tempat ini berubah menjadi museum.
(*)
