"Kita nggak bawa ke rumah sakit karena kan kejadian seperti ini nggak ditanggung sama BPJS Kesehatan. Akhirnya kita pake pengobatan alternatif," tutur Yayu.
Dilanjutkan Yayu, putrinya masih kerap merasakan nyeri di bagian kaki. Setiap hari, S hanya bisa berbaring. Sedang untuk buang air, S harus menggunakan pispot.
"Masih sering merasa sakit," ucapnya.
Guru kelas dan juga orang tua dari siswa yang mem-bully S sudah datang menjenguk. Kejadian itu telah disesalkan semua pihak. Pihak sekolah pun mengakui bahwa mereka hanya menjembatani musyawarah antara orang tua korban dan pihak keluarga dari siswa-siswa pelaku bullying.
"Jadi udah musyawarah ketiga orang tua ini, jadi mungkin membantu untuk pengobatan alternatifnya," terang Humas SMPN 1 Pagedangan, Slamet ditemui terpisah.
Slamet menolak jika sekolah dianggap lepas tanggung jawab guna membawa S menjalani penanganan medis di rumah sakit. "Jadi pihak sekolah hanya menjembatani itu, jadi nggak sampai ke pengobatan medis (operasi)," ujar dia.
Slamet pun memastikan akan menindaklanjuti ulah beberapa siswa yang terlibat perundungan itu. "Nanti anak-anak ini kita bahas lagi apakah akan diberi SP1 (peringatan) atau seperti apa," tandasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta