JAKARTA, iNewsSrpong.id - Perceraian adalah hal yang sebaiknya dihindari pasangan suami istri. Utamakan membangun rumah tangga berlandaskan ibadah karena Allah SWT. Karena itu, amalkanlah doa Nabi Muhammad SAW untuk suami istri sedang diujung perceraian.
Dihimpun dari nu.or.id, suatu ketika sahabat Jabir radhiyallahu anhu (RA) menemani Nabi Muhammad SAW pergi ke pasar.Tiba-tiba ada perempuan yang sedang menunggang keledai mendekat kepadanya mengadukan suaminya. Perempuan itu minta cerai.
"Rasulullah, sungguh suamiku tidak pernah menyentuhku, maka ceraikan aku darinya," keluh perempuan tersebut.
Rasulullah SAW pun menanyakan siapa suaminya dan menyuruhnya untuk menghadap. Setelah suaminya menghadap, Rasulullah menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di antara sepasang suami istri itu.
"Apa yang terjadi di antara kalian? Istrimu telah mengadukan kekerasan hatimu, mengadukan bahwa dirimu tidak mau mendekatinya," tanya Rasulullah SAW.
"Rasulullah, demi Allah Zat yang memuliakan dirimu, sungguh janjiku malam ini akan mendekatinya," jawab si suami.
Menangislah si istri mendengar jawaban suaminya dan tetap bersikukuh minta diceraikan kepada Rasulullah SAW.
"Bohong, ceraikan aku darinya. Ia adalah makhluk Allah yang paling membenciku," tegas si istri tidak mau kalah dengan suami.
Melihat pertikaian sengit suami istri tersebut, Rasulullah SAW justru tersenyum. Sejurus kemudian Rasulullah mendoakan mereka berdua:
اَللَّهُمَّ أَدْنِ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِنْ صَاحِبِهِ
Artinya: "Ya Allah, dekatkanlah masing-masing orang ini dengan pasangannya."
Setelah lewat beberapa waktu, Rasulullah SAW datang lagi ke pasar itu dan bertemu lagi dengan perempuan yang minta diceraikan dari suaminya tempo hari.
Perempuan tersebut segera mendekat dan seraya berkata:
"Demi Allah Zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, tidak ada manusia yang diciptakan, selain dirimu sebagai utusan Allah, yang paling aku cintai daripada suamiku."
Demikian kisah ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan perawi-perawi hadis yang shahih, selain Yusuf bin Muhammad al Munkadir yang diperselisihkan kredibilitasnya oleh para kritikus rawi hadis. (*)
Editor : Syahrir Rasyid