JAKARTA, iNewsSerpong.id - Rasa takut, siapa yang tidak memilikinya? Rasa itu pula yang dialami oleh bapak dan anak dalam film pendek Sebelum Mencicipi Kematian. Keduanya mengalami rasa takut yang dipicu dan disikapi dengan cara berbeda.
Budi (M. Danias Rezqi A), sang anak, merasa takut menghadapi perundungan dari teman-temannya. Dia sering pulang dengan wajah lebam. Biasanya, dia akan merasa aman setelah kembali ke dalam pelukan orang tua, dan sang ayah (Indra Pacique) akan memarahi teman-temannya itu.
Namun, hari ini berbeda. Ayah Budi tidak lagi mau terus-terusan melindungi putra tunggalnya itu. Beliau ingin Budi mulai berlatih membela diri karena merasa umurnya tidak lama akibat penyakit yang diderita.
Ia harus menyiapkan Budi agar mampu bertahan tanpa ayah.
Sayangnya, ayah Budi tidak otomatis menemukan cara yang tepat untuk membangkitkan keberanian Budi. Ia masih harus bertarung dengan rasa takutnya menghadapi kematian. Sehingga, ayah Budi cenderung tidak sabar dan agak memaksa agar Budi bersedia berlatih dengan memukul perut ayahnya.
Foto: Genflix
Sang ayah bahkan sempat mencemooh ajaran ibu Budi yang melarang Budi memukul orang lain.
Hal ini karena ayah Budi gemas melihat hasil ajaran tersebut yang membuat Budi lemah dan tidak pernah membalas teman-temannya.
Seharusnya, apa yang kita lakukan saat merasa takut? Flight or fight? Apakah kabur menghindar seperti yang diajarkan ibu Budi ataukah menghadapi gangguan yang menakutkan tersebut sebagaimana yang disarankan ayah Budi?
Sebenarnya, tidak ada yang salah. Keduanya berfungsi melindungi diri kita. Tentu, tidak ada pendidikan orang tua yang salah. Yang ada hanyalah hukum sebab-akibat.
Karena ibu Budi melarang Budi memukul, Budi jadi lebih mengandalkan perlindungan dari orang tua. Hal yang mungkin aman bagi Budi saat kedua orang tuanya masih ada, tetapi tidak akan berlaku lagi jika Budi nantinya hidup sendiri.
Foto: Genflix
Film berdurasi 10 menit ini dikemas dengan latar lokasi yang sangat pas, hanya berupa sebuah ruang tamu dalam sebuah rumah yang terletak di gang sempit.
Keseluruhan cerita pun bisa digambarkan dengan baik oleh karakter yang terbatas.
Sutradara dan penulis skenario film ini, Surya Gemilang, menghadirkan tontonan dalam warna hitam-putih yang dramatis.
Membuat kita mengabaikan detail warna dan berfokus pada dialog, ekspresi, dan gerak-gerik kedua pemain yang sangat menjiwai emosi peran masing-masing.
Tidak heran, lulusan Program Studi Film & Televisi S-1 Institut Kesenian Jakarta ini berhasil memberikan sentuhan artistik dan emosional dalam filmnya. Sebelum Mencicipi Kematian” menjadi sajian puitis yang menyentuh dalam setiap detiknya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid