HIKMAH JUMAT : Nilai-nilai Qurban dalam Kehidupan
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
HARI INI 10 Dzulhijjah 1446 H, adalah hari yang bersejarah, istimewa, sekaligus sarat dengan nilai bagi kita umat Islam. Hari ini dikenal dengan istilah Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban, yang diisi dengan kegiatan shalat sunnah Idul Adha dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban.
Terkait dengan nilai-nilai ibadah qurban dalam kehidupan, ada sebuah kisah inspiratif yakni kisah seorang tukang becak yang selalu berqurban setiap tahun. Tukang becak tersebut tinggal di sebuah desa kecil.
Setiap hari, ia mengayuh becak dari pagi hingga petang untuk menghidupi istri dan dua anaknya. Meski penghasilannya pas-pasan, setiap tahun ia menyisihkan sebagian dari uangnya ke dalam celengan kecil bertuliskan “Tabungan Qurban”.
Suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepadanya: “Maaf Pak, kenapa Bapak begitu gigih menabung untuk berqurban?” Ia pun menjawab: “Saya ingin mengajarkan kepada anak-anak saya bahwa cinta kepada Allah harus dibuktikan, bukan hanya diucapkan.”
Dengan tabungan itu, setiap Idul Adha beliau membeli seekor kambing untuk diserahkan ke panitia qurban di masjid sekitar tempat tinggalnya. Hatinya pun lega. Meski sederhana, Bapak tukang becak ini telah menunjukkan makna qurban yang sejati, yakni pengorbanan, keikhlasan, dan ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Qurban berasal dari kata qaruba yang berarti mendekat. Secara istilah, qurban adalah menyembelih hewan tertentu pada hari-hari tertentu (10–13 Dzulhijjah) sebagai bentuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah ini merujuk pada peristiwa agung yakni pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail ‘alaihissalam. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan kisah ini dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat [37] ayat 102, yang artinya:
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Ia (Ismail) menjawab: 'Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'"
Dalam ayat selanjutnya disampaikan bahwa pengorbanan dari seorang ayah yang taat beribadah dan anak yang shalih itu kemudian digantikan oleh Allah dengan seekor hewan qurban. Oleh karenanya, ibadah qurban tersebut kemudian diabadikan menjadi ajaran Islam sebagai bentuk ujian ketaatan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika kita dalami lebih jauh, sejatinya ibadah qurban itu sarat dengan nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai ibadah qurban dalam kehidupan dapat dipaparkan di bawah ini.

Qurban adalah ibadah yang sangat bergantung pada niat. Tidak ada nilai ibadah jika dilakukan demi pamer atau gengsi. Allah tidak melihat pada bentuk luar, melainkan pada ketakwaan dan keikhlasan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya..." (QS. Al-Hajj [22]: 37).
Daging qurban dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin. Ini melatih empati dan semangat berbagi. Ibadah qurban adalah momen mempererat hubungan sosial, mengurangi kesenjangan, dan memperkuat solidaritas.
Terkait dengan nilai kepedulian sosial dan solidaritas yang terkandung di dalam ibadah qurban ini, Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Makanlah daging qurban, simpanlah, dan bersedekahlah." (HR. Muslim).
Seperti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Ismail ‘alaihissalam yang rela menjalankan perintah Allah, qurban mengajarkan tentang pentingnya tunduk tanpa syarat kepada kehendak-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya salatku, ibadah (qurban)ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam." (QS. Al-An’am [6]: 162). Nilai dan semangat ini sangat relevan dalam kehidupan, terutama ketika dihadapkan pada keputusan yang membutuhkan keberanian dan keteguhan iman.
Menabung selama setahun untuk seekor kambing atau sapi bukan hal mudah. Tapi inilah nilai qurban yakni latihan disiplin, menunda kesenangan, dan memberikan yang terbaik untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Qurban bukan sekadar penyembelihan, tapi komitmen jangka panjang yang sarat makna. Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim).

Qurban adalah ekspresi ketundukan umat kepada syariat Islam yang agung. Penyembelihan hewan qurban yang dilakukan secara terbuka merupakan ibadah sekaligus upaya untuk terus menghidupkan syiar Islam dan menjadi pengingat akan sejarah pengorbanan yang luar biasa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka..." (QS. Al-Hajj [22]: 34)
Itulah beberapa nilai yang terkandung dalam ibadah qurban yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, di era modern ini, sebagian masyarakat mulai kehilangan esensi dari qurban.
Ada yang lebih sibuk memilih hewan qurban dari sisi "penampilan" daripada niat beribadah. Ada juga yang menjadikan momen ini ajang pamer kekayaan. Menjadikan jenis dan bobot hewan qurban sebagai ajang pamer kekayaan dan gengsi diri.
Oleh karena itu, penting untuk kembali pada hakikat ibadah qurban, yakni mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang penuh keikhlasan, disiplin, dan kesadaran sosial. Kisah tukang becak di awal artikel bisa menjadi cermin bagi kita semua bahwa ibadah qurban tidak memandang status sosial, tapi niat dan kesungguhannya.
Qurban bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah pendidikan iman, karakter, dan kepedulian sosial. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan pribadi yang tangguh, dermawan, dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mari jadikan momentum Idul Adha tahun ini sebagai ajang memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Qurban bukan tentang seberapa besar hewan yang disembelih, tetapi seberapa tulus hati yang rela berkorban.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dari ibadah qurban yang agung ini. (*)

Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid