“Setelah saya lulus SMA, saya mulai keluar dari komunitas Yahudi, bertemu dengan orang-orang non-Yahudi. Saya mulai bertukar pendapat dengan orang. Saya mulai meragukan Yahudi dan menjaga jarak diri saya dengan Yudaisme,” ungkap dia.
Dia menambahkan, “Saya mulai meragukan apa yang saya praktekkan. Saya menjaga jarak saya dengan Tuhan. Saya hidup seperti itu selama beberapa bulan. Lalu pada satu titik saya mulai teralienasi dengan Tuhan. Saya mulai merasa kekosongan tanpa kehadiran Tuhan.”
“Jadi saat saya naik bus ke sekolah saya baca buku Psalms yang ditulis King David. Saya merasa itu buku yang bagus. Ada satu bagian di mana King David bersujud dalam doa pada Tuhan,” ungkap dia.
“Sujud dalam doa itu diulang berulang-ulang kali. Saya pun penasaran kenapa Yahudi tidak bersujud saat berdoa. Jadi saya melakukan penelitian di google untuk mencari berbagai hal tentang sujud,” ujar dia.
Dia menekankan, “Saya juga bicara dengan rabi tapi itu tidak memuaskan saya. Saya melakukan banyak riset tentang Karaii Yahudi yang mengikuti Taurat. Saya merasa aneh, mengapa kami melakukan passover, chanukah, hashanah, itu semua ternyata berdasarkan interpretasi rabi.” “Saya punya teman muslim tapi dia tidak pernah bicara tentang agama. Lalu saya menemukan komunitas online Muslim dan kami diskusi tentang berbagai hal. Saya juga lihat video tentang debat antara Muslim dan Yahudi. Ternyata Muslim dan Yahudi menyembah Tuhan yang sama,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Mereka (Muslim) percaya Taurat, Gospel, dan semua nabi Yahudi. Yang berbeda mereka percaya Nabi Isa dan Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir. Dan Alquran sebagai kata-kata Tuhan. Jadi itu hanya tambahan dari Yudaisme.”
“Jadi ini seperti update pada Yudaisme. Oke, jadi ini tidak sepenuhnya berbeda. Lalu muslim sujud dalam salat karena itu yang diinginkan Tuhan, itu yang Tuhan katakana,” ujar dia. Dia menjelaskan, “Itu (sujud) juga yang dilakukan Yahudi, kemudian datang rabi yang mengatakan kita tak perlu cara ini lagi.”
Editor : Syahrir Rasyid