Adapun operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A.E.Kawilarang, sedangkan Letkol Slamet Riyadi sebagai komandan operasinya.
Operasi tersebut berhasil menumpas gerakan pemberontakan, namun dengan korban yang tidak sedikit dipihak TNI. Setelah dikaji ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan relatif lebih kecil mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar.
Hal ini ternyata bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Peristiwa itu yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk mempelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya.
Setelah gugurnya Letkol Slamet Riyadi pada salah satu pertempuran di sekitar Kota Ambon, gagasan ini selanjutnya dilanjutkan oleh Kolonel A.E Kawilarang.
Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium lll No.55/Instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah Kesatuan Komando Teritorium III yang merupakan cikal bakal Korps Baret Merah.
Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Moch.Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Speciale Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia ll.
Korps Baret Merah ini mengalami perubahan nama di antaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1952. Kemudian, pada 1955 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Selanjutnya, pada 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI-AD (Puspasus TNI-AD). Lalu, pada 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Pada 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) hingga saat ini. "Brimob itu organisasi Polri yang bersifat paramiliter.
Walaupun organisasi, operasi, maupun kemampuan personelnya didesain seperti militer, peran dan fungsi Brimob berada dalam ruang lingkup penegakan hukum dan pemeliharaan-penegakan keamanan dalam negeri," kata Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi kepada SINDOnews, Sabtu (18/6/2022).
Sedangkan Kopassus itu, kata dia, organisasi TNI. Dia mengatakan, prajurit Kopassus didesain untuk melakukan kegiatan-kegiatan operasi militer yang memerlukan kecakapan dan taktik khusus, baik dalam perang maupun selain perang. Dia melanjutkan, walaupun memiliki perbedaan, Brimob dan Kopassus dalam praktiknya sering harus jalan bareng dan saling melengkapi alias bersinergi.
"Dalam operasi pemberantasan teror misalnya, ada situasi di mana kecakapan Kopassus dibutuhkan. Di sisi lain, dalam sebuah operasi militer, bagaimanapun upaya penegakan dan pemulihan keamanan juga tetap harus dilakukan dan itu adalah mandat kepolisian," tuturnya. (*)
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Minggu, 19 Juni 2022 - 06:18 WIB oleh Rico Afrido Simanjuntak dengan judul "Mau Tahu Perbedaan Brimob dan Kopassus? Simak Nih! | Halaman 4". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://nasional.sindonews.com/read/802159/14/mau-tahu-perbedaan-brimob-dan-kopassus-simak-nih-1655593576/30
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait