PENGALAMAN membuktikan, berhadapan pandemi jangan pernah menyerah. Sebab tetap ada peluang walau sekecil apapun. Dalam dua tahun terakhir ini, hampir semua lini bisnis tersapu badai pandemi Covid-19 terutama sektor pariwisata khususnya bisnis hotel yang babak belur.
Tak sedikit pengusaha hotel mengibarkan bendera putih yang berujung pada pemutusan hubungan kerja. Tetapi lain ceritanya dengan pengelola atau pengusaha hotel di Serpong malah ada yang membukukan kinerja positif, sebut saja swiss-belhotel Serpong.
Hotel yang berlokasi di kawasan Intermark BSD City, mencatat kinerja positif sepanjang 2021 meski pada 2020 juga sempat merasakan betapa dahsyatnya dampak dari badai Covid-19. "Tahun lalu kami mencatatkan kinerja yang meyakinkan dengan penjualan yang sangat bagus," ungkap General Manager swiss-belhotel Serpong, Bangkit Ciptadi, dalam Podcast dengan iNewsSerpong.
Untuk melihat Podcast iNewsSerpong bersama swiss-belhotel Serpong, silakan klik di laman ini.
Untuk meraih kinerja positif di masa pandemi, Bangkit menuturkan, memang dibutuhkan strategi dan inovasi yang tidak biasa. Pria yang pernah bekerja disebuah hotel mewah di Miami, Florida, Amerika Serikat membeberkan sebuah strategi local staycation. Selama masa pandemi masyarakat berdiam di rumah, saat holiday mereka bisa menikmati berbagai aktivitas yang sudah dikemas di hotel. "Peluang itu kami tangkap," tuturnya.
Misalnya, setiap akhir pekan hotel yang hanya sepelemparan batu dari pintu tol BSD City, menawarkan movie camp untuk anak anak, bisa nonton film terbaru dari Disney. "Dikemas seperti sedang berkemah ada api unggun bukan sungguhan. "Hikmah dari pandemi melahirkan kreativitas," ujar Bangkit, pria yang murah senyum.
Selain itu, Bangkit yang juga pernah merasakan bekerja di kapal pesiar, mengakui sebuah keuntungan tersendiri pada hotel yang dinakhodainya berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Saat Jakarta dikenakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sangat ketat, di wilayah Banten PPKM sedikit lebih longgar sehingga tetap memberikan celah aktivitas masyarakat mengunjungi hotel, terutama dari kegiatan pemerintah.
Sekolah Perhotelan
Bangkit Ciptadi sudah malang melintang dalam pengelolaan hotel. Bangkit berkarir di perhotelan bukan persoalan kebetulan. Trah mengelola hotel mengalir dalam tubuhnya yang diwariskan oleh sang ayah. Bangkit yang menjadikan sang ayah yang tercatat sebagai salah seorang yang pernah mengurusi Borobudur Hotel sebagai patron.
"Saya sekolah perhotelan dan ingin berkarir di dunia hotel seperti Papa saya," bebernya. Tapi kok pernah bekerja di kapal pesiar yang megah? Berarti Bangkit juga seorang pelaut? "Saya hanya ikuti nenek moyang aja," ujarnya dengan senyum lebar yang mengembang.
Benarkah bekerja di hotel suasana dan pemandangan selalu segar? Bangkit kembali mengumbar senyum, "Itu betul sekali," tuturnya. Dijelaskan, konsep hotel adalah menawarkan sesuatu yang tak tersentuh tapi bisa dirasakan atau dipandang.
Karena itu, mereka yang bertugas di front line harus berusia antara 20 hingga 35 tahun. Kalau sudah lewat usia itu harus bergeser sebab akan mempengaruhi mood tamu hotel, misalnya tamu dilayani waiters yang sudah tidak fresh saat breakfast. "Kita ikutan muda karena mengatur anak muda terus," akunya.
Bangkit Ciptadi. (Foto : InewsSerpong)
Nama Bangkit Ciptadi gampang diingat. Tentu nama pemberian dari kedua orangtuanya yang asli Pekalongan, Jawa Tengah punya makna tersendiri. Menurutnya, Ciptadi diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti "hasil pemikiran yang baik". Dengan demikian Bangkit Ciptadi bisa diterjemahkan bangkit dari hasil pemikiran yang baik.
Tidak sia-sia, nama yang disandangnya selalu memberi harapan, termasuk dalam menghadapi badai pandemi Covid-19. Tak pernah menyerah alias bangkit terus. Fakta membuktikan kinerja swiss-belhotel Serpong positif dalam situasi yang sulit. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait