Selain mie instan, Wings terkenal sebagai salah satu pembuat sabun terbesar di Indonesia dan barang-barang rumah tangga lainnya seperti pembersih toilet, deterjen cucian, dan pembalut wanita.
Ayahnya mendirikan bisnis ini dengan Harjo Sutanto pada tahun 1948 sebagai pembuat sabun cuci yang terjangkau. Bahan yang digunakan adalah campuran dari minyak kelapa dan Soda Abu.
Wings Group juga memproduksi sabun Giv, sabun Nuvo, Daia dan So Klin Pewangi. Saat ini Wings telah menjadi perusahaan raksasa yang mengekspor produk-produknya ke seluruh dunia sejak berdiri 60 tahun yang lalu di Jawa Timur.
4. Djajadi Djaja Djajadi Djaja, merupakan pengusaha Tanah Air yang menjadikan mie instan sebagai salah satu mesin uangnya. Lahir pada tahun 1941, Ia mengawali kariernya pada tahun 1959 sebagai wiraswasta, kemudian menjadi salah satu pendiri FA Djangkar Djati pada tahun 1964.
Banyak yang belum mengetahui bila Indomie bukanlah produk asli buatan Grup Salim. Awal kemunculan Indomie diprakarsai oleh 4 orang China asal Medan, lewat perusahaan Sanmaru Food Manufacturing Co Ltd yang didirikan pada April 1970.
Mereka adalah Djajadi Djaja Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. 5 Pengusaha Mie Instan Terkaya Indonesia, Nomor 1 Punya Harta Rp126,30 Triliun Djajadi Djaja bersama rekan-rekan kemudian memperkenalkan Indomie (singkatan dari "Indonesia Mie") ke publik pada tahun 1972.
Indomie merupakan produk mie instan kedua yang muncul di Indonesia setelah Supermi. Meski demikian, Sanmaru Food Manufacturing bukanlah satu-satunya lini bisnis dari empat serangkai ini.
Kelompok usaha asal tanah Batak tersebut mulanya membuat firma yang bernama Jangkar Jati Group di tahun 1954. Firma ini bergerak di bidang penyaluran barang.
Selain memasarkan produknya dalam negeri, pada 1982-1983 Sanmaru juga mulai melakukan ekspor ke Brunei, Malaysia, Singapura, benua Eropa, Australia, dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1982, kerajaan bisnis Salim Group memasuki bisnis mie instan dengan brand Sarimi. Mengingat pada saat itu posisi Salim yang kuat dengan menguasi perdagangan terigu bersama Bogasari, Salim menginginkan merek Indomie yang populer itu agar berpindah kepadanya.
Hingga akhirnya pemasaran yang agresif dari Sarimi membuat Djajadi melunak dengan tawaran dari Salim.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait