Misteri Kematian Kebo Bule Keraton Solo jelang 1 Suro

Bramantyo
Prosesi kebo bule sebelum diarak dalam Kirab Malam 1 Suro di Solo. (Dok Foto Ahmad Antoni)

Dalam tradisi di Solo, kebo bule menempati barisan terdepan sebagai cucuk lampah barisan kirab. Bahkan kirab tidak akan terlaksana jika kebo bule tidak keluar dari kandangnya.

Sebelum kirab, sang pawang mengawali dengan ritual terlebih dahulu. Dengan dikawal pawangnya yang berpakaian putih, celana hitam, ikat kepala, samir, summing gajah ngoling (rangkaian bunga melati yang dipasang di telinga).

Kebo-kebo ini terlebih dahulu disuguhkan ubo rampe berupa kembang hingga meminum kopi yang dihidangkan oleh abdi dalem. Usai makan sesaji, rombongan kebo bule yang menjadi cucuk lampah kemudian pergi. Iringan peserta kirab pun dimulai.

Begitu keramatnya kebo ini, masyarakat selalu berebut kotoran kebo yang berjatuhan selama kirab. Mereka meyakini adanya berkah bagi siapa saja yang mendapatkan kotoran kerbau. Tak hanya kotoran, kembang yang tak dihabiskan oleh hewan pusaka serta air minum kerbau ini pun tak luput dari serbuan warga. 

Dihimpun dari referensi laman keraton yang mengutip dari buku Babad Sala karya Raden Mas (RM) Said yang dikenal sebagai Adipati Mangkunegaran atau Mangkunegara I mengisahkan bila Kebo ini merupakan hadiah dari Bupati Ponorogo Kiai Hasan Besari Tegalsari saat itu pada Paku Buwono II saat mengungsi ke Ponorogo. Pada zaman Keraton Mataram kuno.

Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network