Sering kali kita hanya fokus memikirkan bagaimana caranya agar bisa bekerja keras, banting tulang siang dan malam karena ingin hidup kita enak. Namun kita sering lupa bahkan tidak memperhatikan bagaimana caranya agar kelak kita mati dengan cara yang enak alias husnul khotimah.
Saat ini, kita begitu bersemangat untuk mengejar kesenangan hidup di dunia. Tak peduli siang atau malam, bahkan terkadang bagi sebagian orang tak peduli lagi dengan halal dan haram. Na’udzubillah.
Ketika bicara mengenai kehidupan setelah kematian di negeri akhirat, kita cenderung malas bahkan tak peduli. Oleh karenanya, kita sering kali lalai terhadap tabungan untuk persiapan kita saat ajal datang menjemput serta kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Padahal, jika kita perhatikan dan analisa lebih lanjut, perumpamaan manusia dengan kenikmatan hidup di dunia ini, laksana seekor semut dengan setetes madu.
Semut yang hanya mencicipi manisnya madu, maka dia akan selamat. Tetapi, bagi semut yang memilih menceburkan diri ke dalam tetesan madu tersebut, maka dia akan binasa.
Inilah yang disebut keserakahan. Berawal dari kenikmatan karena mendapatkan sesuatu sesuai kebutuhan namun tidak disyukuri, kemudian timbul syahwat untuk menikmati dan memiliki lebih banyak. Akhirnya timbul sifat serakah dalam diri seseorang.
Keserakahanlah yang menyebabkan seseorang menjadi berlaku curang, tak menghiraukan lagi halal dan haram. Keserakahanlah yang membuat seseorang lupa diri, lupa dari mana dia berasal, untuk apa dia hadir di muka bumi, dan akan kemana dia kembali.
Keserakahan pula yang menyebabkan dia semakin tidak mampu bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Yang ada di dalam hati dan pikirannya hanyalah kurang dan kurang, tak pernah cukup dengan yang didapatkan.
Sifat dan sikap serakah ini akan terus menguasai seseorang, selama dia tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya hingga perutnya diisi oleh tanah alias mati. Hal ini ditegaskan oleh Baginda Rasulullah SAW di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya:
“Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Penerima taubat siapa saja yang mau bertaubat.”
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait