Dari hari ke hari, buaya itu terus mengikuti Ambo. Gerak-geriknya tak seperti buaya pada umumnya. Bak seperti punya ikatan batin, Ambo merasa buaya tersebut begitu menurut kepadanya.
Mereka pun akhirnya dekat. Sejak saat itulah Ambo merawat buaya yang dia panggil dengan nama Putri itu dengan rutin memberinya makan.
Meski kehadiran Putri tak bisa diprediksi, Ambo cukup senang dengan kebersamaan mereka selama ini. Bahkan, pernah suatu hari, buaya kesayangannya itu hilang selama hampir 2 minggu.
Layaknya seorang ayah yang merindukan anak, Ambo pun mengaku sempat galau karena sang buaya tak muncul-muncul seperti biasanya.
Namun, ketika buaya tersebut lapar, dia kembali lagi menemui Ambo. Lantas, seperti biasa, Ambo memberikannya makanan berupa beberapa onggok daging ayam yang dibawa dalam bak berukuran besar.
Rutinitas itu hampir dia lakukan setiap hari terhadap Putri kesayangannya itu. Setelah berhasil membuat sang buaya kenyang, Ambo lantas memberi elusan dan kecupan hangat sebagai salam perpisahan.
“Nah, baik-baik nak. Sudah papa cium, sudah sama-sama basah kita. Kamu sudah kenyang, waktunya tidur,” ujar Ambo kepada sang buaya yang tampak begitu jinak di samping perahunya.
Ambo juga menyebut, jinaknya sang buaya adalah tak lain karena dirinya telah merawatnya sejak kecil. Bahkan, tak hanya jinak kepada Ambo, Putri juga disebut-sebut tidak pernah menyerang warga sekitar yang tengah memancing di muara tersebut.
"Kalau kita baik, dia jinak. Begitu juga putri yaa, kalau putri baik, orang-orang akan baik sama putri. Makanya putri jadi anak yang baik yaa nak," ujarnya lagi kepada sang buaya.(*)