Kandungan Surat Yasin Ayat 53-534 Arab, Latin, Arti, dan Tafsirnya
اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Latin: Ing kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarụn
Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai`aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'ma
Artinya: "Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan." (Surah Yasin Ayat 53-54).
Menurut Al-Muyassar atau Kementerian Agama Arab Saudi yang dilansir dari Tafsir Web, ayat 53 ditafsirkan sebagai berikut:
"Kebangkitan dari kubur itu hanyalah hasil dari sekali tiupan sangkakala , lalu tiba-tiba seluruh makhluk menghadap ke hadapan kami untuk menghadapi hisab dan balasan."
Dari ayat 53 tersebut, Al-Mukhtashar atau Markaz Tafsir Riyadh menjelaskan bahwa kebangkitan dari alam kubur itu hanyalah akibat dari tiupan sangkakala yang kedua, selanjutnya seluruh makhluk akan hadir pada hari Kiamat untuk menghadapi hisab.
Ayat 53 tersebut kemudian dilanjutkan dengan penjelaskan tentang hari pengadilan setelah seluruh umat manusia dibangkitkan. Al-Muyassar lalu menjelaskan tafsir ayat 54 dalam redaksi berikut:
"Di hari itu hisab terlaksana dengan adil, suatu jiwa tidak dizhalimi sedikitpun dengan dikurangi kebaikannya atau ditambah keburukannya, dan kalian tidak dibalas kecuali dengan apa yang dulu kalian kerjakan di dunia."
Markaz Tafsir Riyadh memperjelas dengan menyatakan bahwa keputusan pada hari itu ditetapkan secara adil. Kalian -wahai para hamba, tidak dizalimi sedikitpun, keburukan kalian tidak ditambah, kebaikan kalian tidak dikurangi, akan tetapi kalian mendapatkan balasan sempurna atas apa yang kalian perbuat di dunia.
Pada hari kebangkitan, intinya tidak akan dikurangi kebaikannya dan tidak akan ditambah keburukan seseorang. Barang siapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaknya ia memuji Allah atas hal tersebut.
Dan barangsiapa yang mendapatkan hal sebaliknya, maka jangan ada yang dicela selain dirinya. Hal tersebut disampaikan oleh Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an. Wallahualam bissawab(*)