Dalam statusnya sebagai bos kartel Medellin, Escobar menampilkan dirinya sebagai sosok populis, yakni mendapat diskriminasi dari kelas atas karena latar belakangnya, serta suka membantu orang-orang miskin.
Faktanya, meski memiliki harta yang sangat banyak, dia tidak bisa masuk ke kalangan elit di berbagai sektor. Bahkan, di politik Escobar juga dikeluarkan dari Partai Liberal Kolombia dan dilucuti jabatannya sebagai wakil anggota Kongres.
Dalam salah satu riwayat hidupnya, Pablo Escobar pernah berniat untuk menjadi Presiden Kolombia. Dikutip dari laman Biography, El Patron pernah memberi tahu keluarga dan rekan-rekannya bahwa dia ingin menjadi Presiden Kolombia.
Sekitar tahun 1982, Escobar memang terpilih sebagai salah satu anggota pengganti Kongres Kolombia. Namun, perlahan identitasnya mulai terbongkar dan terpaksa mengundurkan diri.
Menyadari kesempatannya untuk menjadi Presiden hilang, Escobar melampiaskan amarahnya dengan membunuh lawan-lawannya. Tercatat korbannya ada 3 calon presiden, jaksa agung, puluhan hakim, serta 1.000 petugas polisi.
Di akhir hayatnya, Pablo Escobar tewas pada 2 Desember 1993. Saat itu, tempat persembunyiannya di Medellin ditemukan. Pengejaran pun terjadi dan menyebabkan terbunuhnya bos narkoba ini.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid