Ketiga, dari Bung Karno kita belajar tentang sosok pemimpin yang cerdas berilmu, berwawasan dan bervisi kebangsaan yang melintas batas. Bung Karno sosok pembelajar yang haus akan ilmu, belajar pada siapa pun, termasuk kepada Cokro Aminoto, Kiyai Dahlan dan tokoh lain yang menjadi rujukan dari perjalanannya. Bung Karno juga sosok yang gemar membaca dan visi kebangsaanya melampaui pada zamannya.
Keempat, Bung Karno juga sosok yang mampu mengintegrasikan keagamaan, keislaman dan kebangsaan. Ketika piagam Jakarta kemudian kompromi, lalu lahir kesepakatan yang menjadi dasar konstitusi 18 Agustus 1945 tentang Pancasila dalam sila ketuhanan yang maha esa adalah bukti dari Bung Karno yang selalu mencari titik temu tentang agama, dan keislaman keindonesiaan.
“Dan waktu mengeluarkan dekrit 5 juli 1959 disebutkan piagam Jakarta adalah menjiwai UUD 1945, Bung Karno telah memberi teladan bahwa agama dan islam bukanlah lawan dari keindonesiaan dan kebangsaan tetapi satu senyawa untuk Indonesia,” tutur Haedar.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait