SERPONG, iNewsSerpong.id - Bung Karno hingga saat ini masih menjadi tokoh penting dan jejak sejarahnya begitu mengakar bagi bangsa Indonesia.
Dia wafat pada 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta.
Bagi Ormas Islam, Muhammadiyah setidaknya ada 5 keteladan Bung Karno yang dapat dicontoh, terutama oleh umat Islam.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam peringatan 51 tahun wafatnya Bung Karno pada 2022 lalu mengatakan “Bung Karno sebagaimana tokoh bangsa lain tentu sebagai manusia biasa selalu ada kekurangan dan kelebihan, tetapi sebagai tokoh perjuangan bangsa, beliau memiliki tempat khusus, yang harus kita kenang, dan ikuti jejak sejarah perjuangan pemikiran dan langkahnya yang sangat penting, strategis dan tiada tara untuk kepentingan bangsa dan negara,” tutur Haedar pada Senin (21/6/2021) malam dikutip kembali pada Rabu (17/1/2023) dari laman Muhammadiyah.
Dari kaca mata Haedar Nashir, terdapat lima pelajaran yang dapat dipetik dari jajak perjuangan Bung Karno.
Pertama, Bung Karno telah memberi contoh dalam penghidmatan perjuangan dan pengorbanan yang tanpa pamrih untuk Indonesia, baik saat melawan penjajah maupun setelah Indonesia merdeka.
Kedua, Bung Karno merupakan sosok yang bersahaja dan mencintai rakyat kecil, sampai akhir khayatnya Bung Karno dikenang tidak berlimpah harta dan materi, tetapi sejarah perjalanannya beliau sangat mencintai rakyat kecil dari lahir dan batin.
Ketiga, dari Bung Karno kita belajar tentang sosok pemimpin yang cerdas berilmu, berwawasan dan bervisi kebangsaan yang melintas batas. Bung Karno sosok pembelajar yang haus akan ilmu, belajar pada siapa pun, termasuk kepada Cokro Aminoto, Kiyai Dahlan dan tokoh lain yang menjadi rujukan dari perjalanannya. Bung Karno juga sosok yang gemar membaca dan visi kebangsaanya melampaui pada zamannya.
Keempat, Bung Karno juga sosok yang mampu mengintegrasikan keagamaan, keislaman dan kebangsaan. Ketika piagam Jakarta kemudian kompromi, lalu lahir kesepakatan yang menjadi dasar konstitusi 18 Agustus 1945 tentang Pancasila dalam sila ketuhanan yang maha esa adalah bukti dari Bung Karno yang selalu mencari titik temu tentang agama, dan keislaman keindonesiaan.
“Dan waktu mengeluarkan dekrit 5 juli 1959 disebutkan piagam Jakarta adalah menjiwai UUD 1945, Bung Karno telah memberi teladan bahwa agama dan islam bukanlah lawan dari keindonesiaan dan kebangsaan tetapi satu senyawa untuk Indonesia,” tutur Haedar.
Kelima, dari Bung Karno kita belajar tentang kenegarawanan. Jiwa negarawan Bung Karno melintas batas dan melapaui segalanya. Beliau mengutamakan dan mementingkan kebangsaan daripada kepentingan individu dan kelompoknya.
“Bung Karno berdialog dengan siapa saja, dan tetap menjalin hubungan dengan Hatta dengan mereka yang berpandangan politik yang bertentangan. Beliau menjadi sosok saat krisis yang mampu menempatakan kepentingan rakyat, kepentingan bangsa di atas segalanya,” ujar Haedar.
Bagi Haedar lima teladan ini disampinmg masih banyak teladan lain harus menjadi rujukan kita yang mengenang dan mencintai Bung Karno dan ingin meneruskan jejak Bung Karno.
“Bagaiaman kita selalu berjuang tanpa pamrih, bersahaja tanpa memupuk materi, dan mencintai rakyat kecil lahir dan batin dengan perbuatan nyata, menjadi orang cerdas berilmu dan memliki visi yang luas, mengintegrasikan visi keislaman dan keindonesiaan serta tampil menjadi negarawan-negarawan untuk Indoensia yang kita cintai, banggakan dan dicita-citakan pendiri bangsa,” tutup Haedar.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait