PENULIS : Dr. Abidin, S.T., M.Si, -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina
“Pendosa?”
“Kenapa pendosa?”
“Bukannya yang diseru untuk melakukan ibadah puasa adalah orang beriman?”
Mungkin itu sebagian pertanyaan yang muncul ketika membaca judul Hikmah Jumat pekan ini.
Mari kita bahas terlebih dahulu siapa sebenarnya pendosa itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendosa memiliki akar kata yaitu dosa. Pendosa berarti orang yang berbuat dosa.
Pertanyaan selanjutnya, siapakah pendosa itu?
Jawabannya adalah kita.
Ya, kita. Kita semua adalah pendosa. Namun terkadang, kita terlalu percaya diri bahwa kita bukanlah pendosa. Kita lebih merasa bahwa diri kita bersih dari dosa dan layak masuk surga, tanpa hisab lagi.
Itu sebenarnya masalah terbesar kita. Padahal, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Jadi, bicara mengenai pendosa maka sejatinya bicara tentang diri kita. Coba bayangkan, dari kita mulai bangun tidur hingga kita tidur kembali, adakah jaminan bahwa kita tidak melakukan dosa sedikit pun?
Disadari atau pun tidak, potensi kita melakukan dosa ketika kita terjaga sangatlah besar. Dosa mata adalah memandang yang bukan haknya, dosa telinga adalah mendengar yang bukan bagiannya. Dosa lisan adalah mengumpat dan menggunjing orang lain.
Dosa kaki adalah melangkah ke tempat yang mengandung maksiat, dosa tangan adalah menyentuh yang dilarang. Dosa pikiran adalah berpikir kotor, dosa hati adalah berprasangka buruk kepada orang lain.
Itu baru sebagian dosa yang mungkin dilakukan oleh kita hari demi hari. Belum lagi dosa yang tidak disengaja, tidak terasa, dan dosa karena ketidaktahuan kita bahwa itu adalah perbuatan dosa. Catatan-catatan dosa ini mengkonfirmasi bahwa kita adalah pendosa.
Lantas, apa hubungannya bulan Ramadhan dengan pendosa?
Allah SWT berfirman: Katakanlah: “dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka itu bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58).
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Menurut tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraish Shihab, yang dimaksud dengan karunia Allah dan rahmat-Nya adalah diturunkannya Al-Qur’an dan dijelaskannya syariat Islam. Kedua hal tersebut adalah lebih baik dari segala hal kesenangan hidup yang dapat dikumpulkan manusia.
Salah satu syariat Islam adalah puasa dan segala bentuk ibadah yang terkait dengan bulan Ramadhan. Oleh karenanya, para ulama mengatakan bahwa Ramadhan adalah salah satu karunia terindah yang Allah turunkan untuk umat Islam.
Ramadhan adalah bulan ampunan (syahrul maghfirah). Dengan demikian maka sejatinya bulan Ramadhan ini adalah kesempatan terbesar yang Allah berikan kepada kita untuk menjadi sebaik-baik pendosa.
Jika kita menyadari bahwa diri ini adalah pendosa yang penuh dengan khilaf dan alfa, maka janganlah kita berputus asa. Rahmat dan kasih sayang Allah sangatlah besar bagi siapa saja pendosa yang sungguh-sungguh hendak kembali ke jalan Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka, kembalilah kepada Tuhanmu dan berserahdirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar [39]: 53 – 54).
Bacalah dengan perlahan ayat di atas. Betapa Allah sangat menyayangi kita. Allah SWT mengundang kepada para pendosa untuk datang kepada-Nya dan membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi para pendosa yang ingin kembali kepada-Nya.
Janganlah berputus asa. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Tidak perlu malu untuk menangis dan memohon ampunan kepada Allah, karena Allah sudah berjanji akan menerima taubat kita.
Iringilah setiap kesalahan kita dengan amal shalih, niscaya Allah akan menerima taubat kita. Allah SWT berfirman: “Dan, barang siapa yang bertaubat dan beramal shalih maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al-Furqaan [25]: 71).
Terlebih lagi di bulan Ramadhan seperti saat ini. Begitu banyak amal shalih yang menjadi penyebab datangnya ampunan dari Allah SWT. Maka, jangan sia-siakan kesempatan yang Allah berikan ini.
Bersumber dari berbagai hadits, Baginda Rasulullah SAW menegaskan bahwa puasa di siang hari, qiyam di malam hari, hingga menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan adalah contoh amal-amal shalih Ramadhan yang dapat mengundang ampunan dari Allah SWT.
Salah satu syariat Islam adalah puasa dan segala bentuk ibadah yang terkait dengan bulan Ramadhan. (Foto : Ist)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Shalat lima waktu, mengerjakan shalat Jum’at ke shalat Jum’at yang lain, berpuasa di bulan Ramadhan adalah penghapus-penghapus dosa di antaranya jika dijauhi dosa-dosa besar.”
Jika kita tidak ingin dikategorikan sebagai orang yang merugi di bulan Ramadhan, maka ampunan dari Allah wajib kita raih. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh rugi orang yang bertemu dengan Ramadhan, lalu Ramadhan berlalu darinya sebelum dosa-dosanya diampuni.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Hakim).
Kita harus bersegera dalam meraih ampunan dari Allah SWT. Tingkat kesegeraan kita dalam meraih ampunan berbanding lurus dengan tingkat kesungguhan dan keinginan kita untuk mendapatkannya.
Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran [3] ayat 133 Allah SWT berfirman:“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Kedatangan bulan Ramadhan dan dengan diwajibkannya puasa di dalamnya bertujuan agar kita dapat menjadi orang yang bertakwa. Sementara itu, surga pun Allah sediakan bagi orang yang bertakwa.
Oleh karenanya, sikap bersegera dalam meraih ampunan dari Allah SWT membuka peluang besar bagi para pendosa untuk mendapatkan surga-Nya. Terlebih lagi di saat Ramadhan ini, peluang tersebut semakin bertambah besar seiring dengan keistimewaan Ramadhan sebagai bulan ampunan.
Para pendosa pun berpeluang besar untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT jika dia bertaubat. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 222:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Terakhir, mari kita renungkan ungkapan dari seorang ulama besar yaitu Al-Imam Ibnu Al-Qayyim yang menyatakan bahwa: “Tangisan taubat seorang pendosa lebih Allah cintai daripada tasbihnya seorang yang sombong.”
Wallahu a’lam bish-shawab.
Dosa lisan adalah mengumpat dan menggunjing orang lain. (Foto : Ist)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait