HIKMAH JUMAT : Memaknai Hari Kemenangan

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam yang berhasil menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan. (Foto/Ilustrasi : Ist)

PENULIS : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

SETELAH sebulan penuh umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, tibalah kini saatnya merayakan kemenangan. Seluruh umat Islam larut dalam suka cita dan bergembira menyambut datangnya hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H.

Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam yang berhasil menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan. Selama sebulan penuh, umat Islam harus berjuang dan berperang melawan hawa nafsunya sendiri.

Hari kemenangan bukan dimaknai dengan melakukan pesta pora dan menghambur-hamburkan harta yang telah Allah berikan. Perilaku menghambur-hamburkan harta ini justru kontra produktif dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

Menghambur-hamburkan harta dikategorikan sebagai perilaku mubadzir. Perilaku seperti ini, dapat juga dikatakan sebagai perilaku yang mengikuti jalan atau langkah setan. Allah SWT mengingatkan akan hal ini melalui firman-Nya yang artinya:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa [17]: 26 – 27).

Sebuah pemaknaan yang keliru terhadap hari kemenangan umat Islam. Selama sebulan penuh di bulan suci Ramadhan umat Islam berjuang dan berperang melawan hawa nafsunya, tetapi ketika hari kemenangan itu datang, justru malah mengumbar hawa nafsu dengan mengikuti langkah setan.      

Oleh karena itu, sejatinya esensi dari kemenangan di hari raya Idul Fitri ini adalah bertambahnya ketundukan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya dengan penuh kesadaran, serta bertambahnya kebermanfaatan diri bagi sesama.

Dengan berhasilnya menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, maka umat Islam memiliki perisai yang kokoh dari berbagai godaan hawa nafsu yang akan mendorong dirinya jatuh ke jurang kenistaan.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)

 

Kemenangan ditandai bukan dari pakaian dan perhiasan fisik yang baru, namun pola pikir dan kondisi batiniah yang mengantarkan seseorang untuk menjadi orang yang lebih taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta memiliki kepedulian dan empati yang lebih baik kepada sesama.

Itulah hakikatnya takwa. Takwa adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan sekuat tenaga segala hal yang diperintahkan serta menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Takwa diimplementasikan dengan menjalankan berbagai ibadah sebagai perwujudan keshalihan individual, serta kepedulian dan empati kepada sesama sebagai perwujudan keshalihan sosial. Kedua hal inilah yang menjadi kunci penting dalam menjalani hidup dan kehidupan.

Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah tali silaturrahmi, dan shalatlah pada malam hari saat manusia tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darimi).

Ramadhan melatih dan mendidik umat Islam untuk menjadi insan yang kembali kepada fitrahnya, yaitu semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan menegakkan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum [30]: 30).

Kembali ke fitrah. Inilah kemenangan yang hakiki yang diraih oleh umat Islam yang telah berhasil menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Kembali ke fitrah artinya kembali kepada asal manusia sebagai makhluk yang senantiasa ingin selalu berdekatan dengan Allah SWT.

Bulan suci Ramadhan adalah momentum bagi umat Islam untuk menjalankan berbagai syariat Islam. Tidak hanya yang wajib, bahkan yang sunnah pun dijalankan. Dengan menjalankan berbagai syariat Islam inilah, sejatinya umat Islam sedang dilatih untuk senantiasa berusaha kembali kepada fitrahnya yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Esensi dari kemenangan di hari raya Idul Fitri ini adalah bertambahnya ketundukan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya dengan penuh kesadaran. (Foto : Ist)

 

Idul Fitri adalah momentum dimana umat Islam setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, diharapkan menjadi insan-insan yang kembali kepada fitrahnya dengan menjalankan syariat agama Islam. Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19).

Oleh karenanya, ketika Ramadhan telah berlalu, kemudian keadaan seseorang tidak menjadi lebih dekat dengan Allah, maka bisa jadi ada yang salah dalam menjalankan ibadahnya di bulan suci Ramadhan. Yakinlah bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati proses.

Sementara itu, bagi umat Islam yang keluar sebagai pemenang yakni yang berhasil dalam menjalankan ibadah puasanya, Allah SWT telah menjanjikan ketakwaan baginya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Dengan demikian, jelaslah sudah bahwa kembali ke fitrah (Idul Fitri) adalah kembali mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menjalankan syariat Islam. Menjalankan syariat Islam adalah simplifikasi dari makna takwa.

Jika takwa menjadi karakter seseorang, maka Allah SWT telah menjanjikan kemuliaan baginya. Allah SWT berfirman yang artinya: “... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu ...” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Terakhir, pada kesempatan yang baik ini, izinkan saya untuk mengucapkan:

“Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H untuk seluruh pembaca setia Hikmah Jum’at iNewsSerpong. Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kullu ‘amin wa antum bikhoir. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah dan puasa kita, serta semoga kita senantiasa berada dalam kebaikan. Mohon maaf lahir dan batin.” (*)


Ramadhan melatih dan mendidik umat Islam untuk menjadi insan yang kembali kepada fitrahnya. (Foto : Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network