Sesuai Sunnah, inilah Amalan di Bulan Muharram

Komaruddin Bagja
Amalan bulan Muharram sesuai Sunnah (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Berikut ini amalan bulan Muharram sesuai sunnah yang bisa kamu kerjakan. Diketahui  Muharram merupakan bulan pertama dalam tahun hijriah.

Bulan ini masuk dalam empat bulan suci, tiga di antaranya Rajab, Dzulqa'dah dan Dzulhijjah.

Selain itu, kemuliaan Muharram setingkat di bawah Ramadhan. Terbayang bukan bagaimana mulianya bulan ini.

Dilansir dari laman Suara Muhammadiyah, inilah amalan bulan Muharram sesuai Sunnah.

Amalan bulan Muharram sesuai Sunnah

1.Puasa Asyura


Nabi Muhammad SAW menganjurkan pada umatnya agar melakukan ibadah puasa pada bulan Muharram, karena puasa pada bulan Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan. 

Hal ini berdasarkan pada hadits berikut:

"عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ" (رواه الترمذى وأبو داود وابن ماجه وأحمد).

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Huraerah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Puasa (sunah) yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah yang al-Muharram (puasa Asyura), dan shalat sunnat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam" (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Dari hadis tersebut terlihat keutamaan puasa sunah setelah puasa wajib di bulan Ramadhan. Puasa sunah pada bulan Muharram yang dikenal dengan puasa Asyura.

Beberapa nash hadis juga menerangkan bahwa di masa Jahiliyah, kaum Quraisy telah terbiasa melaksanakan puasa Asyura, dan Nabi SAW ketika berada di Makkah juga melakukannya. 

Tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut, dan beliau tetap berpuasa bahkan memerintahkan kepada para sahabat untuk melakukannya. 

Keadaan seperti itu tetap dilakukan sampai diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan.

"عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ الْفَرِيضَةَ وَتُرِكَ عَاشُورَاءُ فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ" (رواه البخارى)

Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata: Pada masa Jahiliyah, pada hari Asyura, orang Quraisy berpuasa, dan Nabi SAW pun tetap melakukannya ketika berada di Makkah. Ketika sampai di Madinah, beliau tetap melakukan puasa Asyura dan bahkan memerintahkan kepada para sahabat untuk berpuasa. Namun, ketika puasa Ramadhan diwajibkan, maka ditinggalkan puasa Asyura. Beliau bersabda: "Barangsiapa mau, maka boleh berpuasa, dan barangsiapa mau, maka boleh meninggalkannya" (HR al-Bukhari).

2.Bertaubat


Amalan bulan Muharram sesuai sunnah selanjutanya yaitu bertaubat.

Taubat adalah kembali kepada Allah dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. 

Maka kewajiban bagi seorang muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menjemput. 

Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah [Lihat Majmu Fatawa 34/180 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]

 

3. Perbanyak amalan shalih


Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. 

Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya. [al-Mauizhoh al-Hasanah Bima Yuhthobu Fi Syuhur as-Sanah, Sidiq Hasan Khon hal.180, Bida’ Wa Akhtho hal.226).


Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Allah adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang yang dapat menolak keutamaanNya.[at-Tamhid, Ibnu Abdil Barr 19/26, Fathul Bari, Ibnu Hajar 6/5]

Itulah penjelasan mengenai amalan bulan Muharram sesuai sunnah. Semoga kita dapat menjalankan amalan-amalan tersebut di bulan yang mulia ini.

(*)

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network