Makam tersebut memang sengaja dibongkar dan dipindahkan ke area lebih layak karena sebelumnya berada di dekat kandang ternak. Ini dianggap kurang tepat, sebab semasa hidupnya guru ngaji tersebut cukup dihormati oleh penduduk setempat.
Ternyata guru ngaji itu meninggal dunia setelah selesai Sholat Ashar di usia 65 tahun. Semasa hidupnya pun rajin beribadah, pribadinya baik, dan menjadi salah satu tokoh di kampung tersebut.
Salah seorang muridnya, Ujang Adung, mengatakan semasa hidupnya guru ngajinya itu lebih banyak menghabiskan waktu di masjid. Bukan sekadar sholat, ia memilih mengabdikan hidupnya untuk mengajar ngaji kepada anak-anak.
"Ngajar ngaji anak-anak, dari generasi ke generasi dari mulai bapak saya sendiri, sampai saya sendiri pernah digurui ngaji sama almarhum," tuturnya.
Netizen yang mengetahui jenazah guru ngaji yang utuh itu, langsung memberikan beragam komentar. Hampir seluruhnya memuji dan kagum terhadap guru ngaji tersebut, sehingga jenazahnya yang sudah belasan tahun dikubur masih dalam keadaan utuh dan harum. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait