Pencetak Tokoh Nasional, Berikut 10 Pesantren Terbaik di Indonesia

Luthfi Fahmi Amali Umar
Berikut daftar pesantren terbaik di Indonesia yang dikenal mencetak sejumlah tokoh nasional. (Foto: Antara)

 

4. Pesantren Langitan, Tuban

Salah satu pesantren tertua yang didirikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren Langitan. Tentu saja pondok pesantren ini mempunyai makna sejarah yang besar. KH Muhammad Nur yang merupakan salah satu murid Pangeran Diponegoro, mendirikan pesantren jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada 1852 di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Pesantren Langitan telah menerapkan berbagai metode pendidikan, termasuk sistem klasikal (madrasiyah) dan non-klasikal (ma’hadiyah). Sistem klasikal adalah pendidikan formal yang terstruktur yang mencakup seluruh kurikulum dan program. Dalam pendidikan non-klasikal Pesantren Langitan menggunakan metode weton atau bandongan dan sorogan, yakni para santri mendengarkan penjelasan dari kitab kuning yang dibacakan oleh kiai atau ustaz.

Pesantren Langitan tetap mematuhi prinsip Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholih Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah, yaitu menjaga budaya-budaya klasik yang baik dan mengadopsi budaya-budaya baru yang konstruktif. Dengan prinsip ini, pesantren terbaik di Indonesia itu terus berusaha memperbaiki dan menyesuaikan diri dalam mengembangkan aspek sosial dan budaya, terutama dalam bidang pendidikan dan manajemen.

Sebagai salah satu pondok pesantren tertua dan terbesar di Indonesia, Pondok Pesantren Langitan telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang berhasil di asuh dan dididik di pondok ini. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya KH Kholil Bangkalan dan KH Hasyim Asy'ari (pahlawan nasional dan Rais Akbar Nahdlatul Ulama) serta KH Syamsul Arifin (Ayah KH As’ad Syamsul Arifin).

5. Pesantren Sidogiri, Pasuruan

Pondok Pesantren Sidogiri yang terletak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, memiliki sejarah yang panjang karena berusia 286 tahun. Awalnya, Pesantren Sidogiri didirikan oleh Sayyid Sulaiman, seorang keturunan Rasulullah dan cucu Sunan Gunung Jati serta dibantu oleh Kiai Aminullah dari Pulau Bawean. 

Pembabatan lokasi Sidogiri yang dulunya berupa hutan belantara dan dihuni makhluk halus memakan waktu hingga 40 hari. Keberadaan Sidogiri diyakini karena tanahnya yang baik dan berkah. Meskipun ada perbedaan pendapat tentang tahun berdirinya, baik 1718 maupun 1745. Namun, Pondok Pesantren Sidogiri tetap menjadi lembaga pendidikan Islam yang berpengaruh dengan sejarah yang kuat.

Saat ini Pesantren Sidogiri dikenal sebagai pesantren salaf yang unggul dalam pengajaran kitab kuning melalui metode al-Miftah, yang memungkinkan santri-santri untuk membaca kitab kuning dengan cepat. Pesantren ini juga terkenal atas pengelolaan yang efisien dengan menerapkan sistem ekonomi syariah dalam koperasinya. Sidogiri memiliki banyak cabang madrasah dan rutin mengirimkan 500-700 guru dan dai ke berbagai wilayah terpencil di seluruh Indonesia setiap tahunnya.

Menjadi salah satu pesantren terbaik di Indonesia, Pesantren Sidogiri tentunya banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh besar. Alumni yang pernah belajar di Pondok Pesantren Sidogiri yaitu KH Miftakhul Achyar (Rais Aam PBNU) dan KH Syukron Makmum (dai kondang)

6. Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin, Cilacap

Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin didirikan pada 24 November 1925 oleh KH Badawi Hanafi di Kesugihan, Cilacap. Awalnya dikenal sebagai Pondok Pesantren Kesugihan, kemudian berubah menjadi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam (PPAI) pada 1961 dan kemudian pada 1983 berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin. 

Pesantren terbaik di Indonesia ini berusaha mempertahankan tradisi keagamaan dengan memanfaatkan pengaruh karismatik para kiai di wilayah Kesugihan. Pesantren ini terletak di dekat pusat kota Cilacap dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dengan pendekatan agraris dan kelautan serta kini berperan sebagai agen perubahan yang aktif dalam masyarakat sekitar.Sistem pendidikan di Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin mencakup pengajian Alquran, tahfidzul Quran, sorogan, takror, dan bandungan. Selain itu, ada juga pembelajaran kitab klasik seperti An-Nahwiyah, musyawarah, dan bahtsul masail. Aktivitas seperti muhadlarah, khitobah, sholawat, tahlil, ziarah kubur masyayikh, mujahadah, dan riyadloh juga menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter dan spiritualitas santri. Semua komponen ini membentuk sistem pendidikan yang komprehensif dan berfokus pada pengembangan nilai-nilai Islami.

Editor : Syahrir Rasyid

Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network