JAKARTA, iNewsSerpong.id - Kondisi industri manufaktur di Indonesia saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pasca pandemi, industri masih mengalami penurunan daya beli yang berdampak pada kondisi yang sulit pulih.
"Tiga faktor utama penyebab penurunan kepercayaan industri, yaitu penurunan daya beli dan permintaan pasar, perlambatan ekspor," ungkap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Sarman Simanjorang, akhir pekan ini.
Lesunya industri juga dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah, yang meningkatkan biaya bahan baku impor dan akhirnya memengaruhi harga jual produk di pasar.
Barang Impor Ilegal
Selain itu, industri manufaktur menghadapi tantangan dari maraknya barang impor ilegal yang belum dapat diatasi oleh pemerintah. Kehadiran barang impor ilegal membawa ancaman serius, karena harganya lebih murah dan terbebas dari pajak.
Sarman menyatakan bahwa dampak dari kondisi melemahnya permintaan pasar dan faktor-faktor tersebut membuat perusahaan harus melakukan efisiensi, termasuk pengurangan jumlah karyawan.
Beberapa wilayah yang paling terdampak oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
"Industri padat karya kita mengalami penurunan produktivitas yang signifikan, dan sektor ini menjadi yang paling banyak melakukan PHK," ujar Sarman.
Menurutnya, hingga bulan September, sudah terjadi PHK terhadap hampir 42 ribu karyawan, terutama di sektor padat karya. (*)
Berita ini telah diterbitkan pada Jumat, 10 November 2023, pukul 15:44 WIB oleh Iqbal Dwi Purnama dengan judul "Industri Manufaktur RI Belum Pulih, Hampir 42 Ribu Karyawan Sudah Kena PHK". Artikel lengkap dapat dibaca di: https://ekbis.sindonews.com/read/1248253/34/industri-manufaktur-ri-belum-pulih-hampir-42-ribu-karyawan-sudah-kena-phk-1699603919.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait