Allah SWT berfirman yang artinya: “... Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim [14]: 34).
Pembaca Hikmah Jum’at yang budiman.
Bisa jadi di antara kita saat ini, ada yang memperoleh pendapatan atau gaji setiap bulannya jika dihitung-hitung sepertinya kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun dengan rasa syukur yang kita miliki, Allah SWT mencukupkan pendapatan atau gaji kita untuk membiayai hidup kita selama satu bulan. Ajib bukan?
Ada lagi matematika Allah yang bertentangan dengan logika manusia. Bersedekah misalnya. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, bahkan akan bertambah, akan bertambah, dan akan bertambah.” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam logika matematika manusia, ketika seseorang melakukan sedekah atau berinfak maka hartanya atau isi dompetnya, pasti akan berkurang. Namun tidak menurut matematika Allah. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Untuk itu, marilah kita berikhtiar dengan penuh kesungguhan, berdo’a dengan penuh pengharapan, bersyukur dan bersabar atas segala ketetapan dari Allah SWT. Tidak perlu kita menghitung-hitung dengan matematika manusia, serahkan saja semuanya kepada Allah karena matematika Allah sangatlah berbeda dengan matematika manusia. (*)
Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.(Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait